REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan rokok sebagai 'gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun nipah, kertas).'
Menurut peraturan resmi di Indonesia, hampir tidak dibedakan antara rokok filter (rokok putih), keretek, dan lintingan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2017, misalnya, semua jenis itu dianggap sebagai rokok, yakni “produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, diisap, dan atau dihirup.”
Bahan pembuatannya adalah tanaman tembakau, baik yang bersifat budidaya (Nicotiana tabacum) maupun liar (Nicotiana rustica). Asap hasil pembakaran rokok mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.
Di Indonesia, kata rokok diserap dari bahasa Belanda, ro’ken. Artinya ‘kegiatan mengisap pipa cerutu yang berisikan daun tembakau yang dibakar.’
Istilah tersebut mulai digunakan di Pulau Jawa pada abad ke-19 M, terutama sejak melejitnya industri rokok di Kudus tahun 1890. Daerah di Provinsi Jawa Tengah itu menjadi salah satu latar-tempat dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala.
Bahan baku utama rokok, yakni tembakau, bukanlah komoditas asli Indonesia. Nicotiana tabacum maupun Nicotiana rustica mulai dikenal masyarakat Eropa sejak akhir abad ke-15 M, yakni ketika Christopher Columbus (1451–1506) mendarat di pulau yang kini dinamakan Kuba. Pelaut Italia itu menyaksikan orang-orang lokal mengisap asap dari gulungan daun tembakau kering yang dibakar.
Bangsa Spanyol memperkenalkan tembakau ke Eropa sekira tahun 1520-an. Pada 1533, Diego Columbus yakni putra sulung Christopher Columbus dalam catatannya mengungkapkan naiknya permintaan komoditas tersebut di Semenanjung Iberia.
Menjelang pertengahan abad ke-16 M, para saudagar Spanyol, Portugis, dan Prancis umumnya menyanjung tanaman ini sebagai “budidaya herbal yang sakral” karena menganggapnya berkhasiat medis.
Duta besar Prancis di Lisabon, Jean Nicot (1530-1604), mengirimkan sampel tembakau yang siap isap ke Paris pada 1559. Dilaporkan bahwa raja Francis II takjub akan khasiat komoditas ini. Sakit kepala yang selama ini dikeluhkannya “tiba-tiba hilang” usai mengisap tembakau.
Lambat laun, daun ini lantas terkenal di Eropa Daratan sebagai Nicotiana, yang darinya nama untuk zat nicotine atau nikotin bermula.
View this post on Instagram