Selasa 06 May 2025 13:05 WIB

Cerita Siswa Terlibat Tawuran Kini Masuk Barak Militer Rindam Siliwangi

Seorang siswa mengaku kaget saat pertama kali masuk barak militer di Rindam III.

Rep: Ferry Bangkit Rizki, Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Andri Saubani
Sejumlah siswa berjalan memasuki barak militer saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). Ratusan siswa SMA/SMK dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat yang memiliki perilaku khusus seperti terlibat tawuran, terafiliasi geng motor, kecanduan permainan daring (game online), mabuk dan perilaku tidak terpuji lainnya menjalani program pendidikan karakter dan kedisiplinan selama 14 hari.
Foto: ANTARA FOTO/Abdan Syakura
Sejumlah siswa berjalan memasuki barak militer saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). Ratusan siswa SMA/SMK dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat yang memiliki perilaku khusus seperti terlibat tawuran, terafiliasi geng motor, kecanduan permainan daring (game online), mabuk dan perilaku tidak terpuji lainnya menjalani program pendidikan karakter dan kedisiplinan selama 14 hari.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- R (16) siswa SMA/SMK asal Sukabumi, Jawa Barat harus menjalani pembinaan langsung di barak militer Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) selama dua pekan. Siswa laki-laki kelas XII itu harus menjalani pendidikan karakter usai terlibat masalah berupa tawuran.

Atas izin orang tua, R akhirnya setuju digembleng langsung anggota TNI bersama ratusan siswa SMA/SMK lainnya dari berbagai daerah di Jawa Barat. Ia datang ke Barak Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi pada Senin (5/5).

Baca Juga

"(Ikut) Tawuran. Disuruh orang tua (ikut pendidikan karakter). Setuju saja," tutur R.

Ia awalnya kaget pertama kali masuk barak militer untuk mengikuti pendidikan karakter. Meski begitu, R siap menjalani berbagai materi seputar bela negara, wawasan kebangsaan, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), kedisiplinan, antinarkoba, pendidikan keagamaan dan lain-lain.

"Awalnya kaget pas masuk ke sini. Tapi siap karena ingin lebih baik. Bawa pelengkapan baju," ucap dia.

Siswa lainnya berinisial S (17) asal Purwakarta mengaku masuk barang militer atas keinginannya sendiri. Ia selama ini bermasalah dengan kedisiplinan di sekolahnya.

"Nggak disiplin, telat terus. Ke sini atas keinginan sendiri, orang tua setuju supaya berubah," kata S.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman menambahkan di gelombang pertama untuk siswa SMA/SMK ini pihaknya menyiapkan 350 kuota bagi anak-anak yang mengalami berbagai permasalahan di lingkungannya.

"Yang sudah itu ada 210 siswa dari berbagai kabupaten dan kota di Jawa Barat, kami siapkan untuk gelombang pertama 350. Mereka sudah mendapatkan izin dari orang tua secara lisan dan tertulis," kata Maman.

Dirinya menjelaskan, dari berbagai materi yang disiapkan, pihaknya menyisihkan waktu sekitar dua jam bagi siswa untuk mengikuti materi pembelajaran formal seperti di sekolah. "Setiap hari ada 2 jam untuk pembelajaran formal sesuai kurikulum sekolah. Kami ingin pastikan anak-anak tidak ketinggalan pelajaran," ujar dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement