REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Jurnalis Palestina, Ahmed Mansour, yang terbakar hidup-hidup akibat serangan Israel di Khan Yunis, Jalur Gaza, syahid akibat luka bakar yang dideritanya, Senin malam waktu setempat. Kematiannya menambah panjang jumlah jurnalis yang dibunuh Israel di Jalur Gaza.
Aljazirah Arabia melansir bahwa Ahmed Mansour, yang menderita luka bakar parah akibat serangan Israel terhadap tenda media dekat Rumah Sakit Nasser, telah meninggal karena luka-lukanya. Dua orang lainnya syahid dan delapan lainnya luka-luka dalam serangan Senin pagi. Mereka adalah Hilmi al-Faqawi dan Yusuf Al-Khazandar. Al-Faqawi adalah seorang jurnalis di Palestine Today TV. Mereka syahid ketika pesawat tempur Israel mengebom tenda jurnalis di dekat rumah sakit di Khan Younis pada Senin pagi.
Dalam video yang dilansir Quds News Network, terlihat Ahmed Mansour tak mampu melarikan diri dari serangan. Ia terduduk di meja kerjanya dan terbakar hidup-hidup. Saat berhasil dievakuasi, ia menderita luka bakar parah yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Fotografer Aljazirah Mahmoud Awad juga terluka dalam serangan itu.
“Tubuh rekan saya Ahmed Mansour meleleh karena intensitas api,” kata jurnalis Abdel Raouf Shaath, yang, dalam kemanusiaannya, bergegas melewati kolom api, dan asap yang mengepul untuk menyelamatkan rekan-rekannya di tenda jurnalis yang menjadi sasaran serangan udara Israel.
Ia menuturkan, serangan Israel terhadap tenda para jurnalis terjadi pada Senin dini hari pukul 01.03. Shaath dan rekan-rekannya di tenda jurnalis di depan Kompleks Medis Nasser di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza, terkejut melihat api melalap tenda yang menampung sejumlah jurnalis.

Shaath bergegas masuk ke dalam kobaran api, mencoba menarik keluar Mansour, yang tampak tak berdaya saat api melahap tubuhnya. "Adegan itu sangat brutal. Saya tidak pernah membayangkan saya akan berada dalam situasi yang menyakitkan... api menghanguskan seorang jurnalis dan tubuhnya meleleh di depan mata kami," Shaath mengatakan kepada Aljazirah Arabia.
Shaath menderita luka bakar di tangannya. "Terjadi ledakan besar. Kami bergegas keluar dari tenda, dan tiba-tiba api melalap tenda dan segala isinya." Dia bertanya dengan penuh kesedihan dan kemarahan, "Berapa lama kami akan terus kehilangan rekan kerja karena neraka ini setiap hari? Kami menuntut perlindungan, sama seperti semua jurnalis di seluruh dunia."