REPUBLIKA.CO.ID, NAPYIDAW -- Pemimpin junta Min Aung Hlaing, mengumumkan jumlah korban tewas akibat gempa bumi di Sagaing, Myanmar, Jumat (29/5/2025), melonjak menjadi 144 dan sedikitnya 732 orang terluka. Melihat skala gempa dari dua kali gempa secara berturut, jumlah korban tewas diperkirakan akan terus bertambah.
“Peningkatan jumlah kematian dan jumlah korban luka diperkirakan masih akan terjadi. Bangunan-bangun runtuh di banyak tempat, jadi kami masih melakukan operasi penyelamatan di gedung-gedung ini,” kata Min Aung Hlaing dalam pidatonya kepada rakyat Myanmar.
Gempa bermagnitudo 7,7 mengguncang Myanmar bagian tengah pada Jumat sekitar pukul 12.50 waktu setempat. Getaran gempa juga terasa hingga ke negara tetangga Thailand dan China. Menurut laporan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), terjadi gempa susulan berkekuatan 6,4 magnitudo setelah 12 menit gempa pertama.
Dikutip dari Live Science, gempa terjadi di Patahan Sagaing, yang melintang dari utara ke selatan dengan panjang hampir 1.600 kilometer melintasi Myanmar menuju Laut Andaman. Menurut USGS, gempa yang muncul di patahan ini dikenal sebagai tipe gempa memukul-tergelincir, yang mana satu blok dari sebuah belahan bumi bergeser secara horizontal. Pergerakan ini mirip dengan Patahan San Andreas di California, Amerika Serikat.
"Myanmar, yang hanya berada di sebelah selatan pegunungan Himalaya, adalah sebuah wilayah seismik aktif dan dikenal dengan gempa-gempa besarnya," profesor geologi dari Universitas Michigan, Ben van der Pluijm, kepada Live Science.
"Alasan untuk itu adalah bahwa daratan India berada di atas Patahan India. Dan Patahan India telah bergerak ke arah utara selama 100 juta tahun," kata Van der Pluijm, menambahkan.
View this post on Instagram