REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah sakit terbesar Thailand yang berlokasi di Bangkok, Siriraj Piyamaharajkarun, menunda rencana operasi dan layanan di tengah bencana gempa yang berlangsung Jumat (28/3/2025) siang.
"Demi keselamatan pasien, keluarga dan para staf, Rumah Sakit Siriraj menunda layanan tersebut. Kami menghentikan sementara operasi klinik khusus di luar jam kerja reguler dan membatalkan seluruh operasi non-darurat," kata pihak rumah sakit dalam pernyataannya.
Keputusan itu berlaku sejak pukul 4 sore waktu setempat (9 pagi GMT), Jumat, hingga pukul 12 siang, Ahad (30/3/2025).
Gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,7 magnitudo mengguncang Myanmar pada Jumat dan getarannya terasa hingga Bangladesh, India, Laos, China dan juga Thailand. Otoritas Myanmar telah mengumumkan pengumpulan donor darah darurat, mengingat banyaknya korban luka.
Surat kabar The Nation melaporkan bahwa bandara di seluruh Thailand berhenti beroperasi akibat gempa tersebut. Setidaknya 81 orang tertimbun reruntuhan gedung yang roboh di Bangkok, kata Wakil Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai.
Proses penyelamatan berlangsung di lokasi konstruksi yang runtuh di distrik Chatuchak, tempat tiga orang tewas setelah gempa bumi dan 81 lainnya masih tertimbun reruntuhan, demikian dilaporkan surat kabar tersebut.
Phumtham menyebut gempa ini sebagai yang terkuat di Bangkok dalam satu dekade terakhir. Pemerintah Thailand tengah mengoordinasikan respons darurat di tengah kemungkinan gempa susulan.
Pemerintah setempat berkoordinasi mengantisipasi kemungkinan gempa susulan yang terus berlanjut.
Dua bangunan utama yang mengalami kerusakan parah akibat gempa adalah sebuah gedung bertingkat 34 lantai dan satu lagi gedung tiga lantai di ibu kota Thailand, imbuh Phumtham.
"Kami telah menginstruksikan pemeriksaan struktur bangunan di rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah untuk memastikan keamanannya," kata Phumtham seperti dikutip oleh surat kabar tersebut.
View this post on Instagram