Kamis 27 Mar 2025 21:31 WIB

Guru dan Nakes Jadi Sasaran Separatis, Tokoh Agama di Papua: Warga Jangan Terprovokasi

10 guru dan nakes jadi korban separatis Papua.

Rep: Bayu Adji/ Red: Muhammad Hafil
Para pasukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau Kelompok Kriminal Bersenja (KKB) menggelar upacara di Lannya Jaya, Provinsi Papua Pegunungan.
Foto: Dok @WestPapua1977
Para pasukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau Kelompok Kriminal Bersenja (KKB) menggelar upacara di Lannya Jaya, Provinsi Papua Pegunungan.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebanyak 10 orang guru dan tenaga kesehatan (nakes) dilaporkan menjadi korban penembakan kelompok separatis bersenjata Papua Merdeka di Distrik Anggruk, Yahukimo, Papua Pegunungan, Ahad (23/3/2025). Dalam keterangan aparat, satu orang guru dilaporkan meninggal dunia. 

Sekretaris Jenderal (Sekjen) LSM Sekber Papua Peduli Kemanusiaan Pendeta Benny Naraha meminta semua pihak, khususnya anak muda Papua, agar tidak mudah terprovokasi dengan aksi tersebut. Benny memahami apabila masyarakat marah atas tindakan itu. Apalagi para guru dan nakes merupakan profesi terhormat dan seharusnya dilindungi.

Baca Juga

"Emosi boleh tapi jangan sampai emosi mengendalikan kita. Harus kita yang mengendalikan emosi. Jangan sampai kejahatan dibalas dengan kejahatan," kata Benny kepada wartawan di Jakarta, Kamis (27/3/2025).

Menurutnya, seluruh pihak sebaiknya memercayakan kasus ini kepada penegak hukum untuk mengusut kasus itu. Ia meyakini aparat kepolisian bakal mengungkap kasus penyerangan.

"Saya yakin sebenarnya kasus di Papua ini bisa diselesaikan dan tidak susah," ujar Benny.

Benny menegaskan, tindakan yang dilakukan oleh separatis di Yahukimo jelas melanggar hak asasi manusia. Apalagi, korbannya adalah guru dari luar Papua yang memutuskan mengabdi di pedalaman Papua demi mengajar generasi muda.

"Apapun alasannya, tindakan mereka itu sangat melanggar HAM. Guru itu harusnya dihormati, mereka itu bisa tulis dari siapa? Dari guru, tapi kenapa guru diserang?" kata dia.

Di sisi lain, Benny juga meminta para pemuka agama di Papua untuk terus menyuarakan pesan-pesan perdamaian agar situasi kembali kondusif. Ia juga berharap pemerintah pusat mau membuka dialog dengan warga dan tokoh masyarakat di Papua sebagai salah satu upaya untuk menghentikan konflik.

 "Harapan ke depan agar pemerintah pusat mau mengajak dan buka ruang dialog dengan masyarakat Papua lebih banyak," ujar dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement