REPUBLIKA.CO.ID, JAKRTA -- Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyebut pentingnya guru memiliki kemampuan pedagogi hibrida, atau pendekatan pengajaran yang menggabungkan metode pembelajaran tradisional (tatap muka) dengan teknologi digital atau pembelajaran daring.
"Hal-hal yang terkait dengan mata pelajaran yang sedang ditekuni di sekolah, perlu memanfaatkan informasi yang tersedia banyak di luar, di alam virtual. Itu penting diajarkan oleh guru kepada siswa," kata Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan Kemenko PMK Ojat Darojat di Antara Heritage Center, Jakarta, Senin.
Ia menegaskan dalam konteks penyiapan untuk menghadapi persaingan di dunia digital bagi sekolah depan, kegiatan pembelajaran tidak cukup hanya dilakukan secara kompetisional dengan cara mengajar di ruang-ruang kelas.
"Menurut saya dalam mempersiapkan anak-anak generasi muda, Milenial, gen-Z ke depan, kita memang harus punya kecakapan dalam teknologi. Nah, literasi teknologi ini terkait dengan bagaimana kemampuan mereka (guru) dalam memanfaatkan teknologi untuk kegiatan pembelajaran," ujar dia.
Menurutnya, untuk menguasai kemampuan pedagogi hibrida yang mengintegrasikan antara pembelajaran secara terbuka dan pembelajaran secara daring, maka guru perlu memperkaya pengetahuan dan teori tentang ilmu tersebut.
Ia menjelaskan sudah banyak teori-teori yang bisa dipelajari, misalnya tentang community of inquiry, interaksi antara tiga elemen utama, yakni pengajar (social presence), siswa (cognitive presence), dan konten (teaching presence).
"Konsep ini dikembangkan untuk mendukung pembelajaran yang mendalam dan efektif, terutama dalam konteks pembelajaran daring atau hibrida. Pembelajaran dalam online itu dibina oleh tiga kompeten utama tersebut," ucapnya.
Ia menegaskan, guru harus bisa menerjemahkan tiga kompetensi tersebut dalam kegiatan pembelajaran bagi anak-anak.