Sabtu 08 Mar 2025 15:31 WIB

Trump dan Amerika Negara Superpowernya Ancam Hancurkan Gaza, Warga Gaza Bilang Begini

Warga Gaza akan terus mempertahankan wilayahnya.

Warga Palestina melaksanakan Sholat Jumat pertama bulan suci Ramadan di Masjid Imam Shafii, yang rusak akibat serangan tentara Israel, di lingkungan Zeitoun, Kota Gaza, Jumat (7/3/2025). Warga Palestina di Gaza menggelar sholat jumat diantara reruntuhan masjid Imam Shafii pasca gencatan senjata dengan Israel. Meski penuh keterbatasan, warga tetap khusyuk menjalani ibadah sholat jumat pertama di bulan Ramadhan.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Warga Palestina melaksanakan Sholat Jumat pertama bulan suci Ramadan di Masjid Imam Shafii, yang rusak akibat serangan tentara Israel, di lingkungan Zeitoun, Kota Gaza, Jumat (7/3/2025). Warga Palestina di Gaza menggelar sholat jumat diantara reruntuhan masjid Imam Shafii pasca gencatan senjata dengan Israel. Meski penuh keterbatasan, warga tetap khusyuk menjalani ibadah sholat jumat pertama di bulan Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah dibombardir Israel habis-habisa, warga Gaza kini hidup dalam penderitaan. Meski sudah hancur lebur, Israel kini melarang bantuan kemanusiaan masuk wilayah sana.

Warga hidup dalam derita. Mereka tak punya rumah permanen, hidup dinaungi atap sisa puing bangunan yang dibombardir zionis. 

Baca Juga

Dalam keadaan demikian, Presiden Amerika Donald Trump, pemimpin negara dengan militer terkuat di dunia, malah mengancam akan membumihanguskan Gaza jika pembebasan sandera Israel tidak dilakukan.  

Bagi banyak orang di Gaza, ancaman terbaru Presiden AS Donald Trump terasa seperti tidak lebih dari sekadar pembenaran untuk melakukan kekerasan lebih lanjut dan hukuman kolektif terhadap mereka.

Pada Rabu malam, Trump mengancam warga Gaza dengan mengatakan mereka semua akan “mati” jika tawanan terus ditahan di sana.

Saat Gaza terus bergulat dengan dampak perang yang menghancurkan – pengungsian massal, kerusakan yang meluas, dan kondisi kemanusiaan yang mengerikan – masyarakat menjadi kelelahan dan skeptis terhadap upaya internasional untuk menyelesaikan perang.

Al Jazeera berbicara kepada warga Palestina di Gaza utara tentang ancaman Trump.

Yasser al-Sharafa, 59, mengatakan dia mengabaikan ancaman-ancaman ini karena, seperti banyak orang di Gaza, dia “tidak punya apa-apa lagi yang bisa hilang”.

Sekarang, ia mengelola sebuah kios darurat yang menjual permen dan makanan ringan untuk anak-anak.

Sebelumnya, ia berkata: “Saya dulunya adalah pedagang pakaian terkenal. Saya punya toko besar, gedung enam lantai, mobil, dan gudang stok di Tel al-Hawa di Kota Gaza. Semua kerja keras selama bertahun-tahun itu lenyap, hancur dalam perang.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement