Selasa 04 Feb 2025 08:20 WIB

Pidato di Rapim TNI AD, Luhut Sebut Keamanan Fondasi Utama Bagi Investor

Anggaran pertahanan di Indonesia sekitar Rp 165,2 triliun atau 0,7 persen dari PDB.

Rep: Frederikus Dominggus Bata/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan.
Foto: Tangkap Layar youtube setpres
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif, dan berkelanjutan merupakan faktor krusial dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Menurut dia, Indonesia memiliki potensi besar yang ditopang oleh stabilitas makroekonomi, kekayaan sumber daya alam, serta kualitas SDM yang terus berkembang.

Namun, ia juga menekankan, masih terdapat tantangan yang perlu diatasi, termasuk inefisiensi struktural dan kesinambungan transformasi ekonomi. Pendapatan itu disampaikan Luhut dalam Rapat Pimpinan TNI AD 2025 di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Senin (3/2/2025).

Baca Juga

"Pertumbuhan ekonomi yang kuat tidak dapat tercapai tanpa stabilitas nasional. Keamanan adalah fondasi utama bagi kepercayaan investor. Data global menunjukkan bahwa negara dengan lingkungan aman dan stabil lebih mampu menarik investasi jangka panjang," ujar Luhut dalam siaran pers DEN, dikutip Selasa (4/2/2025).

Dalam forum yang dihadiri oleh petinggi TNI AD tersebut, Luhut menegaskan, keamanan dan pertahanan tidak hanya berperan dalam menjaga kedaulatan negara, tetapi juga dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Dia menyebut, stabilitas nasional merupakan prasyarat utama bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Menyikapi peningkatan anggaran pertahanan tahun ini yang mencapai 0,7 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau sekitar Rp 165,2 triliun, Luhut menekankan, dana tersebut harus dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Dia ingin agar anggaran tersebut dimanfaatkan seluas-luasnya untuk modernisasi alutsista dan peningkatan kesejahteraan prajurit serta penguatan SDM TNI.

"Ini semua diperlukan agar TNI bersiap menghadapi tren global, yang semakin menuntut kesiapan militer dalam menghadapi ancaman baru seperti eskalasi geopolitik, serangan siber, dan perkembangan teknologi pertahanan yang semakin canggih," jelas mantan komandan Kodiklatad tersebut.

TNI, kata Luhut, harus bertransformasi dan menguasai ilmu pengetahuan modern, terutama dalam bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM), digitalisasi, serta pengelolaan ekonomi dan keuangan. "Prajurit harus disiplin menerapkan nilai-nilai yang telah mereka pelajari dan terus mengembangkan diri untuk menjadi lebih profesional," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement