Rabu 29 Jan 2025 17:32 WIB

Pemprov Jateng Catat 39 Bencana Terjadi Selama Januari, Telan 27 Korban Jiwa

Terdapat 15 kabupaten/kota di Jateng yang terdampak cuaca ekstrem pada awal 2025.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Qommarria Rostanti
Foto udara relawan menyisir korban terdampak longsor di Desa Kasimpar di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (22/1/2025). Sebanyak 39 kejadian bencana melanda Jateng.
Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Foto udara relawan menyisir korban terdampak longsor di Desa Kasimpar di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (22/1/2025). Sebanyak 39 kejadian bencana melanda Jateng.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sebanyak 39 kejadian bencana melanda Provinsi Jawa Tengah (Jateng) sepanjang Januari 2025. Sejauh ini, 27 orang tewas akibat bencana tersebut.

Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana mengungkapkan, terdapat 15 kabupaten/kota di Jateng yang terdampak cuaca ekstrem pada awal 2025. Daerah-daerah tersebut menghadapi banjir dan tanah longsor.

Baca Juga

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, hingga 27 Januari 2025, sudah tercatat 39 kejadian bencana di provinsi tersebut. Mereka terdiri dari banjir (29 kejadian), tanah longsor (tujuh kejadian), dan cuaca ekstrem (tiga kejadian).

Seluruh kejadian bencana itu menelan 27 korban jiwa. Sebanyak 25 di antaranya berada di Kabupaten Pekalongan, kemudian dua lainnya berada di Kabupaten Brebes dan Kendal.

Nana Sudjana meminta masyarakat Jateng yang tinggal di wilayah rawan bencana untuk tetap waspada. Sebab berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sejumlah daerah di Jateng masih akan menghadapi curah hujan intensitas menengah-tinggi pada akhir Januari hingga Februari 2025.

"Kami mengimbau masyarakat mengikuti setiap perkiraan cuaca yang setiap hari disampaikan BMKG. Hal ini (informasi perkiraan cuaca) kami harapkan harus sampai ke tingkat bawah, artinya sampai ke masyarakat di desa, khususnya bagi daerah-daerah yang memang kita anggap rawan," kata Nana, Rabu (29/1/2025).

Menurut Nana, salah satu langkah Pemprov Jateng meminimalisasi dampak bencana adalah lewat program Desa Tangguh Bencana (DTB). "Desa Tangguh Bencana ini sudah berjalan. Kemudian kita mempunyai relawan-relawan yang kapanpun mereka siap untuk digerakkan. Karena memang menghadapi alam ini kita bisanya upaya-upaya pencegahan," ucapnya.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memperingatkan Pemprov Jateng bahwa bencana banjir dan tanah longsor seperti yang terjadi di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, masih berpotensi terulang di daerah lain di provinsi tersebut. Hal itu karena terdapat sejumlah daerah di Jateng yang masih akan menghadapi puncak musim penghujan.

Dwikorita mengungkapkan, sejak November 2024, BMKG sudah menjalin koordinasi dengan sejumlah gubernur yang provinsinya berpotensi menghadapi bencana, termasuk di antaranya Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana. Hal itu karena pada November 2024 terdapat beberapa daerah di Jateng yang sudah menghadapi puncak musim penghujan.

"Sampai hari ini Januari masih ada sebagian wilayah yang masuk ke musim hujan. Bahkan diprediksi sampai Februari sebagian besar wilayah di Jawa Tengah mengalami puncak musim hujan," ujar Dwikorita.

Dia mengatakan puncak musim penghujan berbeda-beda pada setiap daerah di Jateng, merentang dari November hingga Februari. "Artinya apa? Kami mengkhawatirkan bencana seperti di Pekalongan itu masih bisa terjadi karena belum semua mengalami puncak musim hujan," kata Dwikorita.

Oleh sebab itu, Dwikorita menyebut BMKG terus aktif menjalin koordinasi, tidak hanya dengan gubernur, tapi juga bupati, wali kota, hingga kepala desa di Jateng yang daerahnya diprediksi masih bakal terdampak hujan ekstrem atau intensitas tinggi. Salah satu hal yang dilakukan BMKG adalah menginformasikan secara berkala kepada mereka via grup aplikasi perpesanan instan tentang perkembangan cuaca.

Dengan informasi perkembangan cuaca yang terus diperbarui, Dwikorita berharap jajaran pemerintah dari level gubernur hingga ke kepala desa bisa mengambil langkah-langkah mitigasi bencana. Termasuk mengevakuasi warga yang tinggal di daerah atau titik rawan banjir atau longsor.

"Kami BNPB, BMKG, pemerintah daerah, itu terus berupaya dan pernah kami lakukan juga modifikasi cuaca, baru selesai. Dan ini kemungkinan akan dimulai lagi karena menghadapi potensi peningkatan curah hujan mulai besok diprediksi sampai 31 Februari, itu akan ada peningkatan lagi," kata Dwikorita.

Operasi SAR di Kecamatam Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng), resmi berakhir pada Senin (27/1/2025). Bencana banjir dan tanah longsor di wilayah tersebut menyebabkan 25 orang tewas dan satu lainnya masih dinyatakan hilang.

"Sudah satu minggu ini operasi SAR sebagaimana SOP dari teman-teman Basarnas. Upaya-upaya yang sudah dilakukan merupakan bagian dari kita membantu secara maksimal masyarakat," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencara Daerah (BPBD) Jateng, Bergas Catursasi Penanggungan, kepada Republika.co.id pada Senin (27/1/2025).

Dia mengungkapkan, selama sepekan operasi SAR, tim gabungan memang menghadapi beberapa kendala. "Namun pemerintah sudah berusaha semaksimal mungkin, termasuk upaya-upaya di luar operasi SAR. Misalnya, upaya perbaikan atau pembukaan jalan, pembuatan jembatan walaupun sifatnya masih darurat," ujarnya.

Bergas mengatakan, selama sepekan, tim SAR gabungan berhasil menemukan jenazah dari 25 warga yang dilaporkan hilang. Dia menyebut masih terdapat satu warga hilang yang hingga operasi SAR ditutup belum ditemukan.

"Kalau operasi SAR sudah ditutup berarti tidak dicari. Tapi pihak keluarganya, istrinya (korban hilang), informasinya sudah menerima. Tapi ini baru info, resminya saya belum menerima," ucap Bergas.

Mengingat musim penghujan masih akan berlangsung, Bergas mengimbau masyarakat Jateng agar tetap waspada. Banjir dan tanah longsor melanda beberapa desa di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, pada Senin (20/1/2025) pekan lalu. Hujan deras yang berlangsung selama berjam-jam menjadi pemicu bencana tersebut.

Desa Kasimpar menjadi desa paling terdampak. Sebagian besar korban jiwa akibat tanah longsor merupakan warga desa tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement