Selasa 14 Jan 2025 17:58 WIB

Empat Alasan HMPV tak akan Jadi Pandemi Menurut Guru Besar FK UI

HMPV tidak masuk dalam daftar penyakit yang berisiko menjadi pandemi.

Sejumlah penumpang kapal yang sakit mendapatkan pelayanan kesehatan di Terminal Ketibaan Pelabuhan Dumai, Riau, Senin (6/1/2025). Otoritas kesehatan (KKP) di pelabuhan tersebut meningkatkan pengawasan kesehatan terhadap penumpang kapal yang tiba dari luar negeri untuk mencegah penyebaran penyakit menular dan berbahaya seperti gejala flu dan demam yang diakibatkan oleh Human Metapneumovirus (HMPV).
Foto: ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
Sejumlah penumpang kapal yang sakit mendapatkan pelayanan kesehatan di Terminal Ketibaan Pelabuhan Dumai, Riau, Senin (6/1/2025). Otoritas kesehatan (KKP) di pelabuhan tersebut meningkatkan pengawasan kesehatan terhadap penumpang kapal yang tiba dari luar negeri untuk mencegah penyebaran penyakit menular dan berbahaya seperti gejala flu dan demam yang diakibatkan oleh Human Metapneumovirus (HMPV).

REPUBLIKA.CO.ID, Human metapneumovirus (HMPV) diyakini tidak akan menyebabkan pandemi selanjutnya setelah Covid-19. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama menerangkan empat alasan.

"Kalau yang HMPV ini nampaknya tidak akan berpotensi menjadi pandemi. Tapi bahwa dunia akan menghadapi pandemi lagi, iya, hanya kita belum tahu kapan waktunya, dan kita belum tahu penyakit apa yang menimbulkan pandemi yang akan datang," kata Tjandra ketika ditemui di Jakarta, Selasa (14/1/2025).

Baca Juga

Tjandra menjelaskan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat daftar sejumlah penyakit yang berisiko menjadi pandemi, dan HMPV tidak masuk ke dalam daftar itu. Tjandra menyebutkan, ada tiga kelompok penyakit di daftar itu, yakni penyakit zoonosis atau penyakit yang menular dari hewan ke manusia.

"Yang kedua influenza dalam berbagai jenisnya, karena virus influenza itu dapat bermutasi dari waktu ke waktu, dan yang ketiga disebut-sebut sebagai Disease X," katanya.

Adapun disease X adalah patogen (virus, bakteri, jamur) yang belum diketahui yang dapat menimbulkan penyakit.

Adapun alasan-alasannya, katanya, yang pertama karena HMPV adalah virus yang sudah lama ada, yakni sejak 2001. Bahkan sebenarnya, kata Tjandra, sebelum 2001 sudah ditemukan antibodi untuk virus tersebut. Yang kedua, tidak seperti Covid-19 yang berat, HMPV kasusnya ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya.

Kemudian, yang ketiga, tidak benar bahwa virus itu akan menjadi pandemi hanya karena kejadiannya meningkat di bulan yang sama di China pada 2019-2020. "Karena pada setiap akhir tahun atau awal tahun itu di China dan di banyak negara yang empat musim, itu musim dingin sedang tinggi-tingginya. Sehingga mereka tentu saja karena cuaca seperti itu, mungkin saja terjadi peningkatan infeksi saluran napas," katanya.

Yang keempat, dia menyebutkan, penyakit-penyakit infeksi saluran napas, baik karena virus maupun bakteri, memiliki gejala yang sama, sehingga tidak bisa disebutkan bahwa penyakit dengan gejala-gejala seperti batuk, demam, sesak nafas, akan berkembang parah seperti Covid-19.

Meski tidak menyebabkan pandemi, katanya, kenaikan kasus tetap perlu diwaspadai. WHO menyebutkan pada Januari adanya peningkatan kasus infeksi saluran nafas di belahan utara dunia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement