REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Universitas Islam Gaza tetap melanjutkan perkuliahan dengan melakukan pengajaran via daring. Pihak universitas bahkan membebaskan uang kuliah bagi mahasiswanya di tengah serangan brutal tentara Israel yang meningkat sejak 7 Oktober tahun lalu.
“Walaupun dalam kondisi pengungsian, mereka tetap berusaha belajar secara online bersama dosen, bahkan mereka dibebaskan untuk pembayaran setiap semester,” kata Dekan Fakultas Tafsir & Ulumul Quran Universitas Islam Gaza, Palestina, Prof Mahmoud Hasyim Anbar, dalam wawancara khusus di Jakarta, Kamis (26/12/2024).
Prof Mahmoud Hasyim Anbar berada di Jakarta sejak 1 November 2024 dan bersama lembaga Aqsa Working Group (AWG) memberikan penjelasan mengenai Palestina kepada masyarakat Indonesia. AWG adalah lembaga yang mewadahi dan mengelola berbagai upaya memperjuangkan pembebasan masjid Al Aqsa dan mendukung kemerdekaan Palestina dari penjajahan zionis Israel.
Dalam wawancara tersebut, Prof Anbar juga menceritakan bahwa Universitas Islam Gaza, institusi pendidikan tinggi pertama yang didirikan di Jalur Gaza, mengambil keputusan tetap melakukan pengajaran kendati via daring. Sebab, seluruh peralatan perkuliahan dan gedung perkuliahan sudah hancur total atau hancur sebagian.
Komunikasi antara para mahasiswa, baik untuk jenjang pendidikan Strata-1, Strata-2, hingga Strata-3, utamanya dilakukan melalui aplikasi WhatsApp serta media sosial Facebook dan Instagram. Sesekali mereka menggunakan platform pertemuan daring Zoom.
“Dikarenakan kondisi Gaza saat ini sudah hancur, saya mengajar secara online dan ini adalah keputusan dari pihak kampus untuk belajar secara online, baik bagi mahasiswa yang berada di sana termasuk Indonesia,” ucapnya.