REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Walikota Cilegon nomor urut 2, Helldy Agustian mengajak seluruh kandidat, termasuk para pendukungnya untuk sama-sama menjaga etika dan moral demokrasi dengan berpolitik secara sehat pada pemilihan walikota Cilegon 2024 ini.
Menurut Helldy, ajakan ini sangat penting, agar semua yang terlibat dalam Pilkada Cilegon, baik para calon pemilih maupun calon yang akan dipilih untuk tidak menjadikan ajang politik lima tahunan ini sebagai tujuan akhir.
“Ada yang jauh lebih penting dari sekedar berkontestasi politik di Pilkada ini. Yaitu, bagaimana menjaga amanah dan kepercayaan rakyat yang memilih kita sebagai calon pemimpin. Bahwa di pundak para kandidat itu ada beban, tanggungjawab dan misi untuk mewujudkan amanah tersebut,” katanya dalam siaran pers, Rabu (20/11/2024).
Karena itulah, Helldy yang diusung Gerindra, PAN, PKB, PSI dan PBB ini mengingatkan untuk tidak mengotori Pilkada Cilegon 2024 ini dengan sikap saling menjatuhkan, saling tebar fitnah dan kebencian. “Kita ini semua bersaudara. Jangan gara-gara beda pilihan di Pilkada, persaudaraan kita rusak. Justru, saya berharap, lewat Pilkada ini kita bisa bersatu dengan berbeda pilihan. Pilkada itu hanya 5 tahun sekali, tapi persaudaraan dan persahabatan itu harus kita jaga seumur hidup,” tegasnya.
Helldy yang berpasangan dengan Alawi dari PAN itu mencontohkan presiden terpilih, Prabowo Subianto saat pilpres kemarin. Dalam beberapa kesempatan Prabowo selalu mengingatkan untuk tidak menghalalkan segala cara dengan tebar fitnah dan kebencian.
Makanya, lanjut Helldy, Prabowo mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menjadikan Pilpres ini sebagai ajang politik riang gembira. Sehingga, muncul lah joget gemoy sebagai simbol perlawanan terhadap orang yang suka menyebar fitnah dan kebencian. Caranya, dengan dijogetin aja.
Terkait hasil survei WRC yang mengunggulkan dirinya dengan elektabilitas tertinggi, 53%, Helldy mengaku tak ingin jumawa. Menurut dia, hasil survei itu justru harus menjadi pemicu makin semangat lagi bekerja. Kenapa? Karena dari data tersebut, ada pesan kepercayaan rakyat untuk harus dijaga.
“Hasil survei yang mengunggulkan saya itu, harus dimaknai sebagai wujud kepercayaan publik yang tak boleh saya khianati. Jangan membuat kita takabur dan jumawa. Justru, disitu ada beban dan tanggungjawab yang tidak kecil,” tandasnya.
Begitu juga soal dukungan sejumlah kiai, ustad dan ulama kepada Helldy, ia pun merasa harus memaknainya sebagai amanah yang tak boleh disepelekan. Meskipun, secara pribadi senang, tapi disitu ada pesan kuat untuk mempertanggungjawabkan dukungan tersebut dengan menjadi pemimpin yang amanah.
“Kalau ditanya bagaimana sikap saya atas dukungan mereka itu, saya katakan jujur pasti senang. Tapi, saya tak boleh berhenti pada perasaan senang saja. Kenapa? Karena pada dukungan tersebut ada pesan kuat agar saya mampu menjaga amanah mereka yang dalam hadist disebut sebagai warosatul anbiya,” ungkapnya.