Kamis 07 Nov 2024 23:53 WIB

YGSI Dorong Literasi PKRS Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

Memastikan penyandang disabilitas mendapatkan akses PKRS yang inklusif.

Rep: Maulida Cita/ Red: Sandy Ferdiana
International Conference On Special Education And Diversity (ICSED) pertama didiselenggarakan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung, Kamis (7/11/2024).
Foto: Istimewa
International Conference On Special Education And Diversity (ICSED) pertama didiselenggarakan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung, Kamis (7/11/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) menjadi bagian dari International Conference On Special Education And Diversity (ICSED) pertama yang diselenggarakan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung, Kamis (7/11/2024). ICSED kali ini mengusung tema ‘Promoting Inclusivity in Sexual and Reproductive Health Education for Children with Special Needs’.

Konferensi ini bertujuan membahas berbagai solusi dan praktik terbaik dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual (PKRS) yang inklusif dan akomodatif terhadap anak-anak dengan disabilitas.

Keterlibatan YGSI tersebut untuk memastikan agar setiap individu, termasuk penyandang disabilitas penglihatan, disabilitas pendengaran, dan disabilitas intelektual, mendapatkan akses yang setara terhadap PKRS.

Komitmen ini selaras dengan Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas (CRPD), yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang No. 19 Tahun 2011 tentang Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas. ‘’Kami di YGSI meyakini bahwa PKRS yang inklusif merupakan hak dasar bagi semua individu, termasuk penyandang disabilitas,’’ ujar Direktur YGSI Ely Sawitri.

Keterlibatan YGSI dalam ICSED 2024, sambung dia, merupakan langkah penting untuk memperluas implementasi program PKRS. Selain itu, papar dia, untuk memastikan pendidikan ini dapat diakses secara setara di berbagai lembaga pendidikan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), lebih dari 30 juta penyandang disabilitas di Indonesia sering menghadapi kendala dalam mengakses informasi serta layanan kesehatan yang relevan. Untuk itu, pihaknya mengimplementasikan PKRS di berbagai tingkatan pendidikan, termasuk di tujuh Sekolah Luar Biasa (SLB) yang melibatkan 35 guru mitra dan 29 orang tua, serta di UPI yang telah menjangkau 164 mahasiswa dan 73 siswa dengan disabilitas.

YGSI juga mengembangkan berbagai produk pengetahuan yang telah disesuaikan dan modul yang ramah disabilitas. Salah satunya adalah video edukasi ‘Disa, Bili, dan Tasnya’, yang dikembangkan dalam empat topik, dengan menggunakan pendekatan visual sederhana. Tujuannya untuk menjelaskan topik seperti anatomi tubuh, pubertas, serta cara menjaga keamanan diri bagi para penyandang disabilitas.

Melalui kegiatan ini, YGSI ingin meningkatkan kesadaran publik dan mendorong kerjasama lintas sektor untuk mewujudkan pendidikan yang menghormati hak-hak serta kebutuhan penyandang disabilitas, serta membangun masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan.

Selain itu, YGSI juga telah menyusun Buku Panduan Guru untuk mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi remaja bagi siswa tunanetra dan tunarungu. Joana Lamptey, perwakilan dari Rutgers Netherlands, menambahkan, dukungan kami di Rutgers Netherland terhadap inisiatif YGSI mencerminkan komitmen dalam mendorong pendidikan yang setara dan berkelanjutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement