Jumat 11 Oct 2024 17:49 WIB

Terungkap Laporan Jenderal Israel Ingin Bersihkan Etnis Palestina di Gaza Utara

Israel ingin kosongkan Gaza Utara dari warga Palestina, yang tinggal mati kelaparan

Para pelayat menghadiri pemakaman warga Palestina yang syahid dalam pemboman Israel di Jalur Gaza di luar kamar mayat rumah sakit di Deir al-Balah pada Rabu, 9 Oktober 2024.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Para pelayat menghadiri pemakaman warga Palestina yang syahid dalam pemboman Israel di Jalur Gaza di luar kamar mayat rumah sakit di Deir al-Balah pada Rabu, 9 Oktober 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel dikabarkan tengah memberlakukan rencana yang akan secara efektif membersihkan etnis penduduk Palestina di Gaza utara. Hal itu mereka lakukan setelah pengepungan yang dapat berlangsung berbulan-bulan. Demikian menurut laporan berdasarkan percakapan dengan pejabat militer Israel.

Rencana tersebut disusun oleh pensiunan Mayor Jenderal Giora Eiland dan bertujuan untuk mengosongkan Gaza utara dari 400 ribu penduduknya untuk memberi jalan bagi terbentuknya 'zona militer tertutup'.

Baca Juga

"Rencana sang jenderal yang diluncurkan dalam kampanye TV Israel, menyerukan pembersihan etnis di Gaza utara, dengan peringatan bahwa mereka yang tersisa akan menghadapi kelaparan," demikian menurut laporan dilansir dari laman MEE. 

"Hal yang benar untuk dilakukan adalah memberi tahu sekitar 300.000 penduduk yang tetap tinggal di Jalur Gaza utara... kami memerintahkan Anda untuk pergi," kata Eiland bulan lalu.

"Dalam seminggu, seluruh wilayah Jalur Gaza utara akan menjadi wilayah militer."

Menurut laporan yang diterbitkan pada Jumat di harian Israel Yedioth Ahronoth, militer Israel sekarang menerapkan versi "yang dipersempit" dari rencana tersebut di kamp pengungsi Jabalia, utara Gaza.

Militer melancarkan serangan ke Jabalia pada Sabtu. Daerah yang padat penduduk itu telah dikepung dan dikepung selama seminggu, tanpa makanan atau air yang masuk, tempat puluhan ribu orang terjebak.

Menurut laporan itu, meskipun 'rencana jenderal' itu bertujuan untuk menciptakan kondisi yang memaksa penduduk mengungsi ke selatan, sebagian besar orang sejauh ini menolak untuk meninggalkan rumah mereka.

"Serangan itu, termasuk pengepungan, tidak seperti serangan yang dilakukan oleh tentara pada tahun sebelumnya dan dapat berlangsung selama beberapa bulan," kata laporan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement