Kamis 03 Oct 2024 11:14 WIB

Kemenhub Sebut Penerbangan Mulai Bangkit, Jumlah Pesawat Sudah 500 Unit

Sebelum pandemi Covid-19, jumlah armada pesawat di Indonesia sekitar 800 unit.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Pekerja membongkar muat kargo dari pesawat Garuda Indonesia setibanya di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Sabtu (22/5/2021).
Foto: Antara/Ampelsa
Pekerja membongkar muat kargo dari pesawat Garuda Indonesia setibanya di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Sabtu (22/5/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Adita Irawati menyatakan, jumlah armada pesawat di Indonesia mulai menunjukkan pemulihan setelah sempat mengalami penurunan drastis akibat pandemi Covid-19. Menurut dia, pandemi telah memberikan dampak signifikan terhadap industri penerbangan di Indonesia, termasuk jumlah armada yang beroperasi.

"Itu memang jumlah armada menurun drastis, sempat jatuh, (armada) hanya di sekitar 40 persen dibandingkan sebelum pandemi Covid-19, tetapi sekarang sudah mulai agak pulih meskipun belum mencapai titik imbangnya seperti sebelum pandemi," kata Adita dalam 'Evaluasi Publik Atas Kinerja Sektor Transportasi Umum dan Perhubungan Pemerintahan Jokowi' yang diadakan daring di Jakarta, Rabu (2/10/2024).

Baca: KSAL Pimpin Sertijab dan Kenaikan Pangkat Pati TNI AL

Dia mengungkapkan, sebelum pandemi Covid-19, jumlah armada pesawat di Indonesia mencapai sekitar 800 unit. Namun, selama pandemi, jumlah tersebut menurun drastis hingga mencapai 60 persen.

Kemenhub mencatat, jumlah armada pesawat saat ini berada di kisaran 450 hingga 500 unit. Meskipun masih jauh dari jumlah ideal sebelum pandemi, pemulihan itu memberikan harapan bagi industri penerbangan untuk kembali bangkit.

Baca: Dubes Jepang Sambut Kru KRI Bima Sakti Sudah Tiba di Yokosuka

"Kalau bicara jumlah pesawat, memang ini isu besar di Indonesia karena suplai pesawat itu menurun drastis pasca pandemi, ini karena situasi global juga belum pulih dan ini terjadi hampir di seluruh dunia dan tidak hanya di Indonesia," terang Adita.

Dia menjelaskan, ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan juga masih menjadi masalah utama. Apalagi jumlah pesawat yang tersedia masih belum cukup untuk memenuhi lonjakan permintaan penumpang.

Menurut Adita, hal itu menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan, yang berimbas pada harga tiket penerbangan. "Dan ini juga yang menyebabkan suplai dan demand-nya juga tidak imbang, demand yang sangat tinggi itu hanya bisa dicukupi oleh pesawat yang ada," kata Aditya.

Baca: Prabowo Subianto Terima Kunjungan Silaturahim Pimpinan MPR RI

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement