REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat militer dan Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai angkatan siber TNI akan lebih kuat saat pemerintahan calon presiden terpilih pada Pilpres 2024 Prabowo Subianto berlangsung.
Hal tersebut dikarenakan Prabowo memiliki pengalaman segudang di dunia pertahanan dan memiliki konsep yang matang tentang keamanan siber sebuah negara.
"Prabowo kerap menekankan pentingnya modernisasi alutsista kemudian bagaimana penguatan kapasitas pertahanan nah termasuk ada pertahanan siber, dan sebagai mantan militer pak Prabowo sangat memahami ancaman ke depan," kata dia saat dikonfirmasi Antara, Selasa.
Menurut Fahmi, perang siber merupakan kelompok peperangan generasi ke lima yang lebih mengandalkan data, informasi untuk menyerang sebuah negara.
Fenomena itu, lanjut Fahmi, sudah bisa terlihat di era saat ini. Hal itu juga lah yang dilihat Prabowo sehingga setuju untuk membangun matra ke empat yakni Angkatan Siber TNI. "Beliau memahami keputusan untuk memiliki pertahanan siber yang kuat dalam rangka ancaman makin kompleks ini," kata Fahmi.
Fahmi melanjutkan, untuk memperkuat legitimasi Angkatan Siber TNI, pemerintah harus menyusun regulasi dan merevisi UU TNI.
Tidak hanya itu, infrastruktur teknologi dan sumber daya manusia juga diperlukan untuk memperkuat angkatan Siber.
"Karenanya dibutuhkan anggaran yang cukup besar untuk itu," kata Fahmi.
Belum lagi, TNI harus menyisipkan faham baru tentang Angkatan Siber sebagai salah satu matra yang akan bertugas dalam melindungi negara.
Fahmi menilai butuh waktu 10 sampai 15 tahun untuk merampungkan semua hal itu hingga akhirnya Angkatan Siber TNI bisa mandiri dan bekerja secara efektif.
Namun di tangan Prabowo, Fahmi yakin proses tersebut akan berjalan dengan lancar dan tuntas lebih cepat.