REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Temuan survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, menyebutkan, tren elektabilitas calon wali kota Bekasi, Tri Adhianto terus meningkat. Posisinya semakin kokoh, baik dalam simulasi perorangan maupun pasangan, yaitu 51,6%. Selisihnya cukup jauh meninggalkan kompetitor dibawahnya, Heri Koswara dengan 30,2%.
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah, mengatakan, Tri Adhianto memiliki tren kenaikan elektabilitas yang signifikan. Yaitu, pada survei Mei 2024, Tri 35,2%, sekarang naik ke 51,6%. Dalam simulasi pasanganpun, Tri Adhianto – Harris Bobihoe (RIDHO), elektabilitasnya kurang lebih sama, 51,6%.
Survei dilakukan pada periode tanggal 9 – 14 September 2024, menggunakan metodologi standar, multistage random samplng, melalui wawancara tatap muka langsung kepada 440 responden dengan margin of error 4,8% Kompetitor utamanya, Heri Koswara, menurut Toto, juga mengalami kenaikan.
Sebelumnya elektabilitasnya 22,3%, lalu naik menjadi 30,2%. Begitu juga pada simulasi pasangan, Heri Koswara – Sholihin, naik 2% menjadi 32,7%. “Namun angka masih terdapat selisih cukup jauh sekitar 20% dengan Tri Adhianto,” kata Toto, dalam siaran pers, Kamis (19/9/2024).
Sementara itu, lanjut Toto, pasangan calon ketiga, Uu Saeful Mikdar – Sumarheni, cukup tertinggal jauh dengan elektabilitas yang baru 4,3%. Dalam simulasi perorangan pun, posisi cawalkot yang diusung Golkar itu kurang lebih sama, 4,8%, justru turun 0,5% pada saat dipasangkan dengan Sumarheni.
“Kalau berbicara peluang berdasarkan data survei terbaru kami dari LSI Denny JA, maka pasangan RIDHO yang paling potensial untuk menang pada Pilwakot Bekasi November 2024 mendatang. Kecuali, ada tsunami politik yang dahsyat,” ungkap Toto.
Apalagi, lanjut Toto, pasangan RIDHO ini sudah punya bekal strong supporter yang cukup besar, yaitu 26,6%. Yaitu pemilih yang berkategori militan. Meskipun belum tembus ke angka aman 30- 35%. Sementara pemilih militan Heri Koswara-Sholihin baru 18,0%.
Namun begitu, Toto mengingatkan, masih ada sekitar 54,0% pemilih yang berkategori soft supporter, yaitu gabungan pemilih yang sudah punya pilihan tapi masih bisa berubah dengan yang belum punya pilihan sama sekali. Itulah pemilih cair yang sering disebut lahan tak bertuan.
“Ini angka yang cukup besar yang masih bisa diperebutkan oleh siapa saja. Cuma kalau dilihat dari tingkat pengenalan dan kesukaan sebagai hukum besi untuk menang, potensi yang bisa mengambil lahan tak bertuan itu ada pada Tri Adhianto, karena memiliki pengenalan yang berbanding lurus dengan kesukaan,” jelasnya.
Menurut Toto, Tri Adhianto itu sudah dikenal oleh 80,5%, disukai oleh 81,1%. Ini artinya, rata-rata orang kenal Tri mengaku suka. Biasanya ini menjadi modal utama untuk menang. Bandingkan dengan Heri Koswara yang dikenal 75% dan disukai 70%.
Faktor-faktor yang membuat Tri Adhianto unggul, menurut Toto, salah satunya, tergambar dari aneka distribusi dukungan baik zona atau dapil maupun segmen demografis seperti gender, usia, tingkat penghasilan, pendidikan, pilihan partai, profesi/pekerjaan dan lain-lain.
“Dari aneka distribusi dukungan itu, Tri unggul di semua segmen demografis. Termasuk dapil. Hanya di dapil 4 saja, Tri dan pasangannya, ada perlawanan alias imbang. Ini mungkin PR besarnya. Tapi 4 dapil lainnya Tri unggul,” ungkapnya.