Ahad 15 Sep 2024 06:06 WIB

Pilgub Jateng Jadi Ujian Apakah Masih Kandang Banteng atau tidak

Jawa Tengah selama ini adalah basis merah, bahwa Jawa Tengah adalah basis banteng.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Erik Purnama Putra
KPU meluncurkan maskot Pilgub Jateng 2024 di Kota Semarang. Pilgub Jateng 2024 diikuti dua pasangan, yaitu Andika Perkasa-Hendrar Prihadi versus Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen.
Foto: Antara/IC Senjaya
KPU meluncurkan maskot Pilgub Jateng 2024 di Kota Semarang. Pilgub Jateng 2024 diikuti dua pasangan, yaitu Andika Perkasa-Hendrar Prihadi versus Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro (Undip), Teguh Yuwono menilai, ajang Pemilihan Gubernur Jawa Tengah (Pilgub Jateng) 2024 akan menjadi ujian bagi PDIP apakah masih bisa menguasai provinsi tersebut. Selama ini, Provinsi Jateng dianggap sebagai kandang banteng.

Pada Pilgub Jateng 2024, PDIP tanpa koalisi mengusung pasangan Jenderal (Purn) Andika Perkasa-Hendrar Prihadi. Mereka bakal melawan pasangan yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, yakni Komjen (Purn) Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen.

Baca Juga

"Jadi isu yang diangkat di Jawa Tengah itu kan apakah pilkada di Jawa Tengah itu merupakan miniatur dari pilpres dulu. Jadi kalau ini berkembang di masyarakat, tentu ini akan menjadi test case bagi konsep bahwa Jawa Tengah selama ini dikuasai 'kandang banteng'," kata Teguh di Kota Semarang, Provinsi Jateng, Sabtu (14/9/2024).

Dia menyampaikan, secara kekuatan elite, PDIP memang sendirian pada Pilgub Jateng 2024. Kendati demikian, dukungan masyarakat kepada PDIP belum tentu kecil. Pasalnya, pilkada merupakan politik massa, bukan elite. Hal itu juga sekaligus menguji apakah pandangan politik elite sama dengan masyarakat di bawah.

"Kalau misalnya hari ini kekuatan politik tertentu cukup besar di Jawa Tengah, saya kira ini kan bagian tak terpisahkan dari budaya politik di kita bahwa Jawa Tengah selama ini adalah basis merah, bahwa Jawa Tengah adalah basis 'kandang banteng'. Saya kira hipotesis ini akan dites betul apakah ini terjadi atau tidak, apakah masyarakat terpengaruh atau tidak," ucap Teguh.

Dia pun mengomentari berbagai hasil survei yang saling mengunggulkan pasangan Andik-Hendrar dan Luthfi-Yasin. Menurut Teguh, hasil beberapa survei memang masih sangat cair dan belum bisa dijadikan indikator untuk memprediksi siapa yang berpeluang besar memenangkan Pilgub Jateng 2024.

"Oleh karena itu menurut saya dinamika naik turun siapa hari ini menang dan kurang menang, hari ini belum bisa dijadikan indikator. Nanti akan terus bergerak menuju November. Barangkali survei H-7 atau H-3 itu akan sangat kelihatan efektivitasnya. Tapi kalau hari-hari ini masih cukup cair," ucap Teguh.

Pilgub Jateng 2024 kerap dilabeli 'perang bintang'. Hal itu karena dua calon gubernur yang akan berkontestasi sama-sama memiliki gelar jenderal. Andika merupakan jenderal purnawirawan yang terakhir menjabat sebagai panglima TNI.

Sementara Luthfi merupakan eks kapolda Jateng yang sempat menduduki posisi inspektur jenderal Kementerian Perdagangan (irjen Kemendag). Dari bintang dua, Luthfi pun mendapat promosi menjadi bintang tiga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement