REPUBLIKA.CO.ID, YAHUKIMO -- Bawaslu Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan menuding kepolisian melakukan pembohongan publik terkait terbunuhnya seorang warga asli Papua di wilayah itu pekan lalu. Warga yang sempat disebut sebagai anggota kelompok separatis dan pelaku penembakan itu ternyata merupakan staf pendukung Bawaslu Yahukimo.
"Jadi secara kelembagaan ingin saya sampaikan bahwa yang bersangkutan tidak terkait dengan kelompok separatis. Dia adalah staff resmi Bawaslu Yahukimo," ujar Ketua Bawaslu Yahukimo Yusem Bahabol kepada Republika pada Rabu (28/8/20204).
Yang ia maksudkan bernama Tobias Silak (22 tahun). Silak meninggal ditembak di depan Mapolres Yahukimo pada 20 Agustus 2024 lalu. Dalam laporan awal yang diperoleh Republika, kepolisian mulanya melansir bahwa Tobias meninggal akibat "penembakan terukur" oleh aparat kepolisian.
Dalam laporan itu, disebutkan bahwa mulanya terjadi penembakan di Pasar Lama, di depan Mapolres Yahukimo sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Kepolisian kemudian melihat dua orang berboncengan menaiki sepeda motor dan meminta mereka berhenti. Karena perintah tak diindahkan, aparat mengeluarkan tembakan. Satu di antara yang menaiki sepeda motor kemudian tewas tertembak. Korban diidentifikasi bernama Tobias Silak.
Namun dalam lansiran selanjutnya yang dilaporkan Antara, Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Ignatius Benny Ady Prabowo menyatakan sedang memburu penembak Tobias Silak yang ditemukan meninggal di depan Mapolres Yahukimo.
Sedangkan kepada Antara Kapolres Yahukimo AKBP Heru Hidayanto mengatakan, selepas bunyi tembakan di depan Mapolres Yahukimo, personil penjagaan Piket Poskotis Satgas Damai Cartez 2024 Sekla melakukan penyekatan terlihat satu orang mengendarai kendaraan roda dua dengan kecepatan tinggi ke arah jalan gunung.
“Piket Poskotis ODC 2024 Sekla yang melaksanakan penyekatan memberikan isyarat menggunakan lampu senter agar pengendara berhenti namun pengendara menambah laju kendaraan dan mengarah pada personel yang melakukan penyekatan," katanya. Selanjutnya Satgas Tindak Damai Cartenz dan Brimob Yon D Polda Papua melakukan parameter di area TKP.
“Selesai melakukan olah tempat kejadian perkara selanjutnya satuan Reskrim Polres Yahukimo serta tim gabungan menuju RSUD Dekai guna melakukan visum jenazah oleh tim medis RSUD Dekai," ujarnya.
Dari hasil visum diketahui satu warga yang meninggal dunia tersebut ialah Tobias Silak yang terkena tembakan di bagian kepala dan pelipis kiri dan Naro Nabla (17 tahun) salah seorang warga yang mengalami luka-luka. "Hingga saat ini kami Polres Yahukimo masih melakukan penyelidikan lebih lanjut atas kejadian tersebut" katanya.
Bukan separatis
Ketua Bawaslu Yahukimo Yusem Bahabol menuturkan pada Republika, Silak bertugas mengurusi keperluan umum di Bawaslu Yahukimo, sekaligus bertugas mengantarkannya bertugas di Yahukimo. Silak menjalani tugas itu setelah menyelesaikan kuliahnya di Malang, Jawa timur.
Pada hari penembakan, Silak pada pagi hari mengantar Yusem Bahabol ke bandara setempat. Yusem Bahabol kala itu hendak bertolak ke Jayapura dan selanjutnya melakukan kegiatan di Jakarta selama sepekan.
Pada 20 Agustus, saat sedang di luar kota, ia mendengar kabar Silak tertembak di Yahukimo. "Dia anak baik, tidak pernah ikut separatisme. kepolisian melakukan pembohongan publik," Bahabol menambahkan.
Ia mengenang, Bahabol juga memiliki hubungan baik dengan warga "Nusantara", sebutan bagi pendatang non-Orang Asli Papua di Yahukimo. " Pada peringatan kemerdekaan lalu, Silak mengorganisir kompetisi futsal yang melibatkan semua warga Yahukimo, baik penduduk asli maupun pendatang.
"Jadi dia memang NKRI anak itu." kata Bahabol. Ia juga menuturkan, pada hari meninggalnya Silak, yang bersangkutan sempat mendaftar untuk menjadi aparatur sipil negara (ASN) secara online. "Dia daftar jam enam waktu Jakarta, berarti jam delapan waktu sini, kemudian jam sembilan ditembak," kata Bahabol.
Menurutnya, aparat kepolisian mestinya paham bahwa Silak bertugas di Bawaslu karena sehari-hari kedua lembaga sama-sama tergabung di Sentra Gakkumdu menjelang pilkada mendatang. "Kapolres pasti sering lihat karena Silak yang urus semua di kantor," kata Bahabol.
Ia juga menyatakan bahwa pihak kepolisian secaa pribadi telah meminta maaf kepadangan. "Jadi itu bahwa dia anggota separatis, bahwa dia punya pistol, itu semua kebohongan publik. Itu pistolnya Brimob," ia menuturkan.
Ativis HAM Papua, Theo Hesegem menyatakan telah menyoroti kejadian ini. "Setelah saya kordinasi dengan keluarga korban, saudara Tobias Silak tidak pernah terlibat sebagai anggota TPNPB-OPM, di Wilayah Yahukimo seperti yang dijelaskan oleh Aparat Kepolisian," ujarnya dalam pernyataan kepada Republika.
Menurut keluarga, setelah kejadian penembakan mereka tak diberi ruang melihat korban di Rumah Sakit Yahukimo. Saat ituarea Rumah sakit Yahukimo diperketat oleh Aparat Kepolisian dan Brimob. "keluarga tidak punya kebebasan sedikitpun untuk melihat, korban, justru Polisi sarankan keluarga ijin dulu ke Kapolres, lalu bisa ambil Korban yang sedang berada di rumah sakit."
Akibatnya, keluarga korban dan masyarakat Kabupaten Yahukimo, datang ke Polres Yahukimo dan minta Kapolres untuk beratnggung jawab atas penembakan terhadap Tobias Silak. Atas kejadian itu, ia meminta kepad Kapolri agar pelaku penembakan terhadap Tobias Silak dan korban luka atas nama Naro Nabla, segera di proses sesuai hukum. Hal ini untuk memberikan kepastian hukum kepada keluarga korban.
"Minta kepada Kapolri, segera copot Kapolres Yahukimo," kata dia. Ia juga mendesak agar satuan Brimob di Papua tak ditempatkan dekat dengan warga. "Karena Anggota melakukan tindakan yang tidak terukur sehingga masyarakat sipil yang jadi korban penembakan," ia melanjutkan.
Ia juga meminta kepada Bawaslu RI di Jakarta, untuk segera menindak lanjuti kasus penembakan terhadap Tobias Silak. "Saya juga meminta kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia untuk segera membentuk tim investigasi, kasus penembakan terhadap Tobias Silak dan Naro Napla.