Jumat 09 Aug 2024 06:42 WIB

OPM tak Akui Pembunuhan Pilot Selandia Baru, Ini Tantangan Mereka kepada TNI-Polri

OPM menolak untuk mengakui terlibat dalam pembunuhan pilot Selandia Baru.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Mas Alamil Huda
Kondisi pilot asal Selandia Baru, Glen Malcolm Conning di dalam helikopter yang ditembak OPM di Distrik Alama, Kabupaten Mimika, Papua Tengah pada Senin (5/8/2024).
Foto:

Satgas Operasi Damai Cartenz, tak menjawab perihal tuntutan permintaan bukti-bukti atas tudingan tentang pelaku penyerangan dan pembunuhan Glen Malcolm adalah kelompok bersenjata Papua Merdeka. Kasatgas Humas Damai Cartenz Komisaris Besar (Kombes) Bayu Suseno hanya mengatakan dari penyelidikan yang dilakukan sementara ini, bahwa pelaku penyerangan dan pembunuhan di Distrik Alama tersebut adalah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

“KKB ini kan memang membikin propaganda-propaganda yang memposisikan dirinya selalu menjadi benar untuk membuat-buat alasan pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan masyarakat sipil,” begitu kata Kombes Bayu, Kamis (8/8/2024).

Sebelumnya, Rabu (7/8/2024) Kombes Bayu juga menegaskan, penyamapaian TPNPB-OPM yang menuding penyerangan dan pembunuhan pilot Glen Malcolm tersebut adalah skenario Indonesia, merupakan watak membela diri dan sikap tak bertanggung jawab atas perbuatan tak manusiawi yang kerap dilakukan kelompok separatis Papua Merdeka terhadap warga biasa di Bumi Papua.

Kata dia, bukan sekali ini saja kelompok separatis Papua Merdeka itu, menyampaikan tudingan-tudingan tak beralasan untuk menghindari pertanggung jawaban. Sebelumnya juga, kata Kombes Bayu, TPNPB-OPM menyikapi pembunuhan Glen Malcolm tersebut, karena diyakini pilot itu adalah mata-mata keamanan Indonesia. Bahkan, kata Kombes Bayu, TPNPB-OPM menyampaikan pemakluman atas penyerangan, dan pembunuhan Glen Malcolm tersebut karena menganggap kejadian itu sebagai risiko. Karena dikatakan, alasan pilot Glen Malcolm nekat masuk ke wilayah peperangan yang sepihak diklaim oleh kelompok Papua Merdeka.

Penyampaian-penyampaian oleh TPNPB-OPM tersebut, menurut Kombes Bayu, bentuk putus asa atas ketidakpercayaan masyarakat Papua terhadap TPNPB-OPM. “Saya kira, KKB ini dan juga juru bicaranya ini, tidak memiliki ilmu pengetahuan tentang humaniter (hukum perang). Mereka selalu menuduh dan melakukan pembenaran atas setiap kejahatan yang mereka lakukan terhadap masyarakat sipil, baik masyarakat asli Papua (OAP) dan juga masyarakat lainnya,” begitu kata Kombes Bayu. “Pernyataan-pertanyaan juru bicara KKB tersebut, hanya propaganda untuk meyakinkan kepada masyarakat bahwa mereka yang benar,” sambung Bayu.

Mengenai kondisi mayat Glen Malcolm, sebelumnya Kombes Bayu mengatakan, dari informasi saksi-saksi pada saat kejadian, Senin (5/8/2024), dan juga laporan saat dilakukan evakuasi, Selasa (6/8/2024) memang menyebutkan keadaan nahas tak bernyawa pilot 50-an tahun tersebut. Kombes Bayu mengatakan, dari saksi-saksi saat kejadian penyerangan dan pembunuhan dilakukan, Glen Malcolm ditembak, lalu dibacok, dan mayatnya diletakkan di kokpit helikopter lalu dibakar. Namun dari laporan evakuasi, pada Selasa (6/8/2024) memang terlihat kondisi mengenaskan jenazah Glen Malcolm yang terkulai di kokpit helikopter.

Kata Kombes Bayu, dari evakuasi yang dilakukan memang terlihat adanya bekas pembakaran yang dilakukan kelompok sepratis usai melakukan aksi kejamnya tersebut. “Memang benar helikopternya dibakar. Tetapi, yang terbakar hanya kursi bagian belakang. Untuk kursi bagian depan yang berada di kokpit pilot, tidak terbakar,” begitu ujar Kombes Bayu.

Situasi hujan pada saat kejadian pembunuhan, kata Kombes Bayu yang memungkinkan helikopter milik PT Intan Angkasa Air Service tersebut dan jasad pilot Glen Malcolm dapat terhindar dari api. “Mungkin disebabkan hujan, pada pada saat api berjalar, mati karena hujan tersebut,” ujar Kombes Bayu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement