Selasa 06 Aug 2024 05:54 WIB

Satgas Damai Cartenz: Pilot Asal Selandia Baru Ditembak, Dibakar oleh OPM di Distrik Alama

Pembunuhan terhadap pilot Glen Malcolm Conning terbilang kejam.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Teguh Firmansyah
Operasi Damai Cartenz melaporkan aksi penyerangan dan pembunuhan pilot helikopter asal Selandia Baru Mr Glen Molcolm Conning (50 tahun) di Distrik Alama, Timika, Papua Tengah.
Foto:

Namun begitu, kata Kombes Faizal, Satgas Operasi Damai Cartenz, sudah mendapati seluruh informasi tentang peristiwa tersebut. Ia memastikan, penegakan hukum yang akan dilakukan. 

 

Pembunuhan terhadap Glen Malcolm pilot asal Selandia Baru di Distrik Alama ini, sepertinya menjadi aksi brutal penghilangan nyawa pertama warga negara asing yang dilakukan kelompok separatis Papua Merdeka dalam 20 tahun terakhir.

 

Pada Februari 2023, kelompok separatis juga melakukan penyerangan terhadap maskapai penerbangan sipil, Susi Air di Lapangan Paro, Nduga, Papua Pegunungan. Penyerangan oleh kelompok bersenjata Egianus Kogeya itu menyandera Kapten Philips Mark Marthens yang juga pilot berkebangsaan Selandia Baru. Sampai hari ini, Kapten Philip belum berhasil dibebaskan.

 

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) belum dapat memastikan pihaknya adalah pelaku penyerangan dan pembunuhan terhadap pilot Glen Malcom. Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengatakan, hingga Senin (5/8/2024) malam belum ada sayap bersenjata kelompok Papua Merdeka di wilayah Papua Tengah yang memberikan laporan resmi terkait penyerangan tersebut ke markas TPNPB-OPM.

 

“Belum ada laporan resmi yang sampai ke kami dari medan perang mengenai peristiwa di Distrik Alama. Oleh karena itu, kami belum bisa sampaikan pernyataan, dan siaran pers,” kata Sebby saat dihubungi Republika dari Jakarta, pada Senin (5/8/2024) malam.

 

Namun begitu, Sebby menegaskan, kabar dari masyarakat tentang pembunuhan pilot helikopter asal Selandia Baru tersebut memang sudah didengar oleh markas pusat TPNPB-OPM.

 

Sebby mengatakan, jika benar penyerangan tersebut dilakukan oleh kelompok TPNPB-OPM, tindakan tersebut tentu beralasan. Sebab kata dia, Distrik Alama adalah bagian dari wilayah yang menjadi zona perang kelompok Papua Merdeka itu dengan pihak Indonesia.

 

Pun zona perang tersebut, kata Sebby sudah berkali-kali TPNPB-OPM ingatkan kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI), maupun Polri agar melarang seluruh penerbangan sipil, dan kegiatan-kegiatan sipil. Karena itu, menurut Sebby, TPNPB-OPM akan membenarkan jika pasukannya yang memang nantinya terbukti melakukan penyerangan dan pembunuhan itu. 

 

“Kalau memang itu nantinya benar bahwa itu (penyerangan dan pembunuhan) dilakukan pasukan TPNPB - OPM, maka wilayah itu bagian dari larangan terbang, dan larangan pembangunan. Bahwa wilayah itu adalah bagian dari wilayah larangan terbang bagi seluruh pesawat (dan helikopter sipil),” kata Sebby.

 

Maka, yang semestinya bertanggung jawab atas kejadian tersebut adalah, tuding Sebby, adalah pihak TNI maupun Polri. “Apapun aktivitas sipil di wilayah perang harus dihentikan selama menunggu perundingan dengan Indonesia. Tetapi, ketika mereka masuk, maka itu tanggung sendiri, dan yang tanggung itu adalah TNI dan Polri sendiri, kenapa mereka izinkan pesawat (helikopter) masuk,” begitu ujar Sebby. 

 

Alih-alih bertanggung jawab atas penyerangan dan pembunuhan tersebut, Sebby menegaskan kecurigaannya atas peristiwa tersebut. Sebab kata Sebby, dari informasi yang diterimanya, pilot helikopter yang ditembak mati tersebut, Glen Malcolm Conning, adalah warga negara Selandia Baru.

 

Sebby mengatakan, dalam satu setengah tahun terakhir, sejak Februari 2023, TPNPB-OPM masih melakukan penyanderaan terhadap pilot Susi Air yang juga asal Selandia Baru. Yakni Kapten Philip Mark Marthens. Menurut  Sebby, masuknya pilot lain asal Selandia Baru ke zona perang TPNPB-OPM dengan TNI-Polri di Distrik Alama, dapat diduga sebagai tindakan spionase.

 

“Dan kami curiga, kenapa pilot Selandia Baru yang sudah kami tahan (Kapten Philip), dan kemudian ini pilot Selandia Baru yang masuk (Glen Malcolm). Itu kami anggap dia (Glen Malcolm) mata-mata untuk masuk memata-matai pasukan kami di medan perang. Wilayah itu (Dstrik Alama) adalah bagian dari konflik bersenjata yang sudah kami umumkan larangan masuk,” begitu ujar Sebby.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement