Senin 05 Aug 2024 09:00 WIB

Garda Revolusi Iran Berikan Bocoran Skenario Serangan ke Israel, Lantas Kapan Dieksekusi?

Iran berjanji membalas kematian Ismail Haniyeh

Warga Palestina mengenakan syal dan ikat kepala Hamas saat memprotes pembunuhan Ismail Haniyeh, di kota Nablus, Tepi Barat, Rabu, 31 Juli 2024.
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Warga Palestina mengenakan syal dan ikat kepala Hamas saat memprotes pembunuhan Ismail Haniyeh, di kota Nablus, Tepi Barat, Rabu, 31 Juli 2024.

REPUBLIKA.CO.ID,  TEHERAN- Penasihat Panglima Tertinggi Garda Revolusi Iran, Hojjatoleslam Taeb, pada Ahad (4/8/2024) mengatakan balasan terhadap pembunuhan Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) oleh Israel, akan menjadi hal yang baru dan mengejutkan .

Operasi yang dirancang untuk membalaskan dendam atas kematian martir Ismail Haniyeh akan menjadi sesuatu yang baru dan mengejutkan, IRNA mengutip pernyataan Taieb.

Baca Juga

"Skenario yang dirancang untuk membalaskan dendam darah syuhada Haniyeh adalah salah satu skenario yang tidak dapat dibaca," tambahnya, seraya menambahkan bahwa situasi sosial Israel bermasalah, karena mereka tidak tahu apa skenario Iran, tidak ada yang berinvestasi di Israel secara ekonomi, dan para penanam modal meninggalkan wilayah itu.

Pada Juli, surat kabar Israel Maariv mengungkapkan bahwa 46 ribu perusahaan Israel telah menutup pintu mereka sejak pecahnya perang di Gaza pada tanggal 7 Oktober, dengan ekspektasi bahwa jumlah tersebut akan meningkat menjadi 60 ribu pada akhir tahun ini.

"Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ingin mengubah kekalahannya melawan Hamas menjadi perang regional," kata penasihat Garda Revolusi, menekankan bahwa era hegemoni Amerika Serikat telah berakhir, dan bahwa kebijakan-kebijakannya tidak akan menjadi penghalang.

Meskipun tidak ada komentar langsung mengenai pernyataan penasihat Garda Revolusi ini, para pejabat Israel sebelumnya mengatakan bahwa mereka siap menghadapi skenario apa pun terkait hal ini, dan berpacu dengan waktu untuk mengembangkan rencana-rencana darurat sebagai persiapan untuk menghadapi respon militer Iran.

Israel mengharapkan respons militer dari Iran dan Hizbullah, dan telah meningkatkan kewaspadaan ke tingkat tertinggi, setelah pembunuhan Haniyeh di Teheran pada hari Rabu pagi, dan tentara Israel mengumumkan pembunuhan komandan militer Hizbullah Fouad Shukr di pinggiran selatan Beirut pada hari Selasa.

Hal ini terjadi ketika Amerika Serikat terus mengerahkan lebih banyak kapal perang dan jet tempur untuk apa yang dikatakannya sebagai upaya melindungi pasukannya dan sekutunya, Israel, dari ancaman-ancaman Iran dan faksi-faksi yang terkait, terutama Hizbullah Lebanon, di tengah-tengah seruan dari beberapa negara agar warganya segera meninggalkan Lebanon.

Perang Israel di Jalur Gaza, yang mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat, telah mengakibatkan lebih dari 130 ribu orang Palestina tewas dan terluka, sebagian besar anak-anak dan perempuan, dan lebih dari 10 ribu orang hilang, dalam salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

Untuk menuntut diakhirinya perang di Gaza, faksi-faksi Lebanon dan Palestina di Lebanon, terutama Hizbullah, telah saling bertukar tembakan setiap hari di sepanjang Garis Biru dengan tentara Israel sejak 8 Oktober, yang mengakibatkan ratusan orang tewas dan luka-luka, sebagian besar dari pihak Lebanon.

Para pemimpin..

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement