Ahad 04 Aug 2024 13:25 WIB

Mahasiswa Universitas BSI Berpartisipasi dalam Sekolah Kebangsaan Tular Nalar Mafindo

Sekolah kebangsaan dihadiri oleh 100 peserta muda dari berbagai institusi pendidikan.

Mahasiswa dan dosen dari Universitas BSI kampus Pontianak turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan Sekolah Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) Korwil Pontianak bekerja sama dengan Tular Nalar.
Foto: Dok Republika
Mahasiswa dan dosen dari Universitas BSI kampus Pontianak turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan Sekolah Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) Korwil Pontianak bekerja sama dengan Tular Nalar.

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Mahasiswa dan dosen dari Universitas BSI kampus Pontianak turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan Sekolah Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) Korwil Pontianak bekerja sama dengan Tular Nalar. Acara ini berlangsung pada Sabtu 20 Juli 2024 di Aula Magister FISIP Universitas Tanjungpura dan dihadiri oleh 100 peserta muda dari berbagai institusi pendidikan di Pontianak.

Tular Nalar adalah program pelatihan literasi digital yang diinisiasi oleh MAFINDO dan didukung oleh Google.org, dengan Love Frankie sebagai mitra pelaksana. Tular Nalar telah muncul sebagai platform online pembelajaran utama yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi dan menyikapi hoaks melalui literasi digital dan pemikiran kritis. 

Baca Juga

Acara dibuka oleh Muhammad Rokib selaku PIC kegiatan. Dalam sambutannya, Ia memahami betapa pentingnya peran generasi muda dalam memerangi hoaks yang mengancam persatuan bangsa.

"Melalui kegiatan ini, kami berharap dapat membekali para peserta dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melawan informasi palsu," ujar Rokib. 

Kegiatan ini turut menghadirkan Dr Syarifah Ema Rahmaniah, selaku Koordinator Wilayah MAFINDO Pontianak, serta sepuluh fasilitator sekolah penggerak, salah satunya Yoki Firmansyah yang merupakan dosen Universitas BSI. 

Dalam pemaparannya, Ema menyampaikan presentasi yang mendalam mengenai bahaya hoaks yang semakin marak di Indonesia, terutama menjelang Pilkada yang berpotensi memicu penyebaran informasi palsu. Ia menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat dalam memilah informasi.

"Hoaks tidak hanya merusak tatanan sosial, tetapi juga mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, literasi digital menjadi kunci utama dalam melawan penyebaran berita bohong," jelas Ema. 

Sementara itu, Yoki memperkenalkan konsep "Kacau Isi, Kacau Diri, dan Kacau Emosi" yang bertujuan untuk membantu peserta dalam mengidentifikasi ciri-ciri hoaks. Yoki juga memaparkan konsep "3T" yaitu Tahu, Tanggap, dan Tangguh sebagai strategi untuk melawan hoaks yang berkembang di masyarakat.

"Penting bagi kita semua untuk tidak hanya tahu tentang hoaks, tetapi juga tanggap dalam menanggapi informasi dan tangguh dalam mempertahankan kebenaran," ungkap Yoki.

Kegiatan ini mendapat apresiasi yang tinggi dari para peserta. Salah satu mahasiswa Universitas BSI Kampus Pontianak, Adrianus, menyatakan bahwa acara ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan kesadaran akan bahaya hoaks dan pentingnya literasi digital. 

"Saya belajar banyak tentang cara mengenali hoaks dan bagaimana bersikap kritis terhadap informasi yang saya terima," ujar Adrianus.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement