REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan Nurani Bangsa bersurat kepada Presiden Prabowo terkait kondisi di Sumatera. Bencana alam yang mematikan itu menjadi sorotan dunia dan menggerakkan banyak pihak untuk berempati kepada warga di sana.
Bangsa Indonesia kembali berduka. Pada akhir November lalu banjir dan longsor melanda sebagian wilayah Sumatera yaitu Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Sampai sekarang menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 2 Desember 2025 pukul 23.28 WIB menunjukkan korban meninggal 744 orang, Korban hilang 551 orang, Korban terluka 2.600 orang. Sementara Jumlah terdampak 3,3 juta orang dan yang mengungsi diperkirakan 1,1 juta orang.
"Gerakan Nurani Bangsa menyampaikan duka cita mendalam kepada semua korban jiwa dan bersimpati kepada semua yang terdampak akibat banjir dan tanah longsor dahyat di berbagai wilayah Sumatera tersebut," kata tokoh Gerakan Nurani Bangsa Lukman Hakim Saifuddin kepada Republika pada Kamis (4/12/2025).
Kekayaan alam Indonesia adalah anugerah Tuhan yang harus dikelola dan dimanfaatkan secara arif dan bijaksana, demi kebutuhan yang ada saat ini maupun kepentingan generasi mendatang. Bencana yang terjadi merupakan cerminan atas kebodohan, ketidakpedulian dan keserakahan manusia terhadap kelestarian alam.
Melihat skala bencana dan kerusakan masif yang membawa banyak korban, ribuan hak milik (rumah, properti, ternak) pribadi dan fasilitas publik rusak, kelangkaan bahan pokok, dan terhambatnya akses komunikasi serta transportasi di banyak titik, Gerakan Nurani Bangsa mendesak Negara untuk segera mengambil langkah cepat dan terintegrasi dalam penanganan darurat, serta memastikan setiap mereka yang terdampak tertangani secara paripurna.
Gerakan Nurani Bangsa menilai tragedi kemanusiaan yang sebabkan jatuhnya korban jiwa dan kelumpuhan aktivitas sosial dan ekonomi di banyak wilayah di Pulau Sumatera ini patut dinyatakan sebagai Bencana Nasional, dan penanganannya harus dilakukan secara komprehensif dan terpusat. Mobilisasi sumber daya nasional harus segera dikerahkan secara maksimal di tengah keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah daerah.
Di sisi lain, Pemerintah juga perlu memperketat kebijakan maupun peraturan yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan hidup karena bencana tersebut tidak mustahil akibat pelanggaran tentang ketentuan lingkungan hidup yang didorong oleh keserakahan manusia.
Gerakan Nurani Bangsa mengapresiasi semua pihak yang sudah melakukan respon cepat, mengumpulkan sumber daya untuk membantu mengangkat beban para korban. Gerakan Nurani Bangsa juga menghimbau kepada seluruh warga negara Indonesia untuk melakukan solidaritas kemanusiaan. Aksi – aksi nyata untuk meringankan beban mereka yang terdampak dan meneguhkan persatuan sesama anak bangsa.
"Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kekuatan kepada kita semua untuk mengatasi ujian yang ada," ujar Lukman.
Gerakan Nurani Bangsa beranggotakan Ibu Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, KH. Ahmad Mustofa Bisri, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo, Omi Komariah Nurcholish Madjid, Romo Frans Magniz-Suseno SJ, Prof. Dr. Amin Abdullah, Bhikkhu Pannyavaro Mahathera, Alissa Q Wahid, Lukman Hakim Saifuddin, Karlina Rohima Supelli, Pendeta Jacky Manuputty, Pendeta Gomar Gultom, Romo A Setyo Wibowo SJ, Erry Riyana Hardjapamekas, Eri Seda, Laode Moh Syarif, Makarim Wibisono, Komaruddin Hidayat, Slamet Rahardjo