Kamis 01 Aug 2024 20:25 WIB

Petinju 'Pria' Menangi Pertandingan Tinju Wanita di Olimpiade Paris, Kontroversi Merebak

Petinju Imane Khelif terdeteksi memiliki kromosom XY, tapi berlaga di tinju wanita.

Imane Khelif (kiri) dari Aljazair dinyatakan sebagai pemenang dalam pertarungan tinju putri kelas 66 kg, setelah lawannya Angela Carini dari Italia mengundurkan diri pada ronde pertama babak penyisihan 16 besar Olimpiade Paris 2024, di Arena Paris Utara di Villepinte, Prancis, Kamis (1/8/2024).
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Imane Khelif (kiri) dari Aljazair dinyatakan sebagai pemenang dalam pertarungan tinju putri kelas 66 kg, setelah lawannya Angela Carini dari Italia mengundurkan diri pada ronde pertama babak penyisihan 16 besar Olimpiade Paris 2024, di Arena Paris Utara di Villepinte, Prancis, Kamis (1/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Imane Khelif dari Aljazair, salah satu dari dua petinju wanita Olimpiade yang didiskualifikasi dari Kejuaraan Dunia 2023 setelah gagal dalam tes kelayakan gender, naik ring pada Kamis di Olimpiade Paris. Pertarungannya berakhir dengan cara yang tiba-tiba dan aneh.

Khelif menang ketika Angela Carini dari Italia berhenti bertarung setelah 46 detik di kelas 66kg wanita. Carini terkena pukulan di hidungnya dan tak lama kemudian mengatakan bahwa ia tidak ingin bertarung lagi, menurut pelatih Italia, Emanuele Renzini.

Baca Juga

"Setelah satu pukulan dia merasakan sakit yang luar biasa," kata Renzini kepada wartawan, dikutip USA Today.

Carini menangis ketika berbicara dengan wartawan setelah pertandingan dan hanya berbicara dalam bahasa Italia. Terjemahan komentarnya tidak segera tersedia.

Namun Renzini mengatakan bahwa Carini telah diberitahu untuk tidak mengikuti pertarungan tersebut dan hal itu membebaninya saat laga semakin dekat.

Selama ronde pertama, Carini sempat berkonsultasi dengan pelatihnya sebanyak dua kali sebelum pertarungan dihentikan. Secara resmi, Khelif menang melalui keputusan ABD (abandoned).

Para penonton di North Paris Arena menyambut Khelif dengan sorak-sorai sebelum pertarungan singkat di Olimpiade Musim Panas ini dan beberapa bendera Aljazair terlihat di antara para penonton. Pertarungan di divisi welterweight 66 kg ini dijadwalkan berlangsung selama tiga ronde tiga menit, tapi berakhir jauh lebih cepat.

Masalah kriteria kelayakan gender muncul pada kejuaraan dunia 2023 ketika Khelif dan Lin Yu-Ting dari Taiwan sama-sama memenangkan medali di kompetisi wanita sebelum ofisial turnamen mengumumkan bahwa petinju-petinju tersebut gagal dalam tes kelayakan gender. Dalam tubuh mereka terdeteksi kromosom pria XY. Medali mereka pun dicopot.

Pekan ini Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengatakan bahwa kedua petinju tersebut memenuhi kriteria untuk bertanding di Paris, yang memicu diskusi tentang tes kelayakan gender.

Kejuaraan dunia yang diawasi oleh Asosiasi Tinju Internasional (IBA) ini telah lama dirundung skandal dan kontroversi.

Tahun lalu, IOC membubarkan IBA dan mengembangkan unit ad-hoc yang menjalankan turnamen tinju Olimpiade di Olimpiade Tokyo pada tahun 2021. IOC melakukan hal yang sama di Paris.

IOC tidak merinci kriteria yang harus dipenuhi oleh Khelif dan Yu-Ting untuk bertanding di Paris dan Tokyo, hanya mengatakan bahwa paspor kedua petinju tersebut menyatakan bahwa mereka perempuan.

Yu-Ting, 28 tahun, dijadwalkan untuk memulai aksinya di Olimpiade pada Jumat (2/8/2024) melawan Sitora Turdibekova dari Uzbekistan di divisi kelas bulu 57 kg.

Fakta ini semakin menambah kontroversi Olimpiade Paris yang sudah muncul sejak upacara pembukaan. 

"Jika ini tidak dapat dihentikan, mungkin sudah saatnya untuk membuat divisi untuk wanita sejati dalam olahraga. Pembelahan kromosom XX tanpa mengambil apa pun untuk menjadikannya kromosom XX jika ada. Jika Anda awalnya kromosom XX, Anda harus bersaing dengan KROMOSOM XX," tulis @chickensforhire dalam sebuah unggahan di X tentang kemenangan Khelif.

"Daripada wanita menyerah pada apa yang telah mereka perjuangkan selama ini, kita harus mendukung kategori terbuka dalam olahraga bagi atlet transgender untuk berkompetisi dan dengan kebebasan bagi pria dan wanita lain untuk berkompetisi jika mereka memilih untuk melakukannya.

Hak-hak wanita dan olahraga haruslah dianggap sakral," tulis akun @SecEnlightUK.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement