Kamis 01 Aug 2024 17:13 WIB

Rusia Siap Kerja Sama Atasi Krisis Ukraina Secara Damai dengan Siapapun

Rusia sepakat atasi krisis mempertimbangkan kepentingan negara dan kondisi saat ini.

Rusia menyatakan siap bekerja sama dengan semua pihak yang berupaya memfasilitasi penyelesaian krisis di Ukraina, dengan mempertimbangkan kepentingan Rusia dan realitas saat ini.
Foto: EPA-EFE/OLEG PETRASYUK
Rusia menyatakan siap bekerja sama dengan semua pihak yang berupaya memfasilitasi penyelesaian krisis di Ukraina, dengan mempertimbangkan kepentingan Rusia dan realitas saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rusia menyatakan siap bekerja sama dengan semua pihak yang berupaya memfasilitasi penyelesaian krisis di Ukraina, dengan mempertimbangkan kepentingan Rusia dan realitas saat ini, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova kepada Sputnik. Mengomentari kunjungan terbaru Sekretaris Negara Vatikan Pietro Parolin ke Ukraina, dia mengatakan pernyataan Parolin secara umum sejalan dengan upaya mediasi Vatikan.

"Mengingat pentingnya figur Sekretaris Negara dalam hierarki Gereja Katolik Roma, kami tentu saja menganggap pernyataannya sangat serius, menganggapnya sebagai posisi resmi Tahta Suci," kata Zakharova.

Baca Juga

"Sampai hari ini, kami belum menerima permintaan resmi terkait kunjungan Parolin ke Rusia. Dialog dengan Vatikan terus berlanjut," katanya.

Zakharova juga menyatakan Rusia siap bekerja sama dengan semua pihak yang berupaya memfasilitasi penyelesaian damai krisis Ukraina dengan mempertimbangkan kepentingan Rusia yang sudah diketahui dan sesuai realitas saat ini.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Selasa (23/7/2024) bulan lalu, mengatakan bahwa dia memahami perlunya mengakhiri konflik "sesegera mungkin."

"Saya pikir kita semua memahami bahwa kita harus mengakhiri perang sesegera mungkin," katanya pada pertemuan di Kiev dengan Menteri Luar Negeri Vatikan Kardinal Pietro Parolin.

Zelenskyy juga menilai kunjungan Parolin ke Kiev sebagai "sinyal kuat dari Vatikan," tanpa menjelaskan lebih lanjut apa maksudnya. Dalam pernyataannya di Telegram, Zelenskyy juga mengatakan bahwa isu perdamaian menjadi isu sentral dalam pertemuan dengan Parolin. 

Upaya internasional juga ditujukan untuk menemukan solusi konflik. Konferensi 15-16 Juni tentang Ukraina di Burgenstock, Swiss, berlangsung tanpa partisipasi Rusia. Perwakilan dari 92 negara dan 8 organisasi internasional menghadiri konferensi di konterensi tersebut.

Konferensi diakhiri dengan diadopsinya pernyataan akhir, yang tidak ditandatangani oleh beberapa negara, termasuk Brasil, India, Afrika Selatan dan Arab Saudi. Komunike tersebut mencakup tiga isu: ekspor biji-bijian Ukraina, keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir dan pemulangan tawanan perang.

Sehari sebelum KTT, Presiden Rusia Vladimir Putin melanjutkan inisiatif perdamaiannya, menyerukan Ukraina untuk mengakui klaim teritorial Rusia yang dibuat selama "operasi militer khusus" yang dimulai pada Februari 2022. Selain itu, jauh sebelumnya, pada Kamis (30/5/2024) Mei lalu, Menteri Luar Negeri Vatikan Kardinal Pietro Parolin memperingatkan bahwa serangan apapun oleh Ukraina terhadap Rusia dengan pasokan senjata oleh NATO dapat menyebabkan "eskalasi tak terkendali" bagi konflik kedua negara itu.

"Saya percaya ini harus menjadi perhatian semua orang yang peduli nasib dunia kita. Ini dapat memicu ketegangan yang tidak dapat dikendalikan siapapun. Ini kemungkinan yang sangat mengganggu," kata Parolin. “Kami bekerja pada bidang kemanusiaan, terutama pada pertanyaan mengenai kembalinya anak-anak Ukraina ke tanah air mereka, sebuah mekanisme yang telah diluncurkan dengan kunjungan Kardinal (Matteo) Zuppi ke Kiev dan Moskow, dan membuahkan hasil,” tambahnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement