Kamis 01 Aug 2024 08:37 WIB

Puluhan Tahun Bunuh Tokoh Palestina, Israel tak Pernah Bisa Hentikan Perlawanan

Israel sudah pernah membunuh pimpinan semua faksi perlawanan di Palestina.

Ghassan Kanafani (1936-1972). Penulis revolusioner anngota Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) itu adalah salah satu korban pertama pembunuhan politik Israel.
Foto:

Tehran Times melaporkan, faksi-faksi perlawanan Palestina berjanji tak akan mengendurkan perlawanan. “Pembunuhan penuh dosa yang dilakukan oleh musuh kriminal terhadap simbol perlawanan tidak akan menghalangi rakyat kita untuk melanjutkan perlawanan untuk mengakhiri kriminalitas Zionis, yang telah melampaui batas,” tulis Gerakan Jihad Islam Palestina dalam pernyataannya. Mereka menegaskan kerja sama mereka dengan Hamas dalam melawan entitas perampas kekuasaan tak akan pudar.

Komite Perlawanan Rakyat di Palestina juga menyuarakan sentimen ini dan berjanji untuk tetap teguh dalam perjuangan mereka. “Pembunuhan seorang pemimpin besar dan simbol rakyat Palestina dan Perlawanan mereka,” mereka menyatakan, “tidak akan melemahkan tekad perlawanan untuk terus mengusir musuh Zionis pengkhianat ini dari tanah kami yang diduduki, dari sungai ke lautnya.”

Komite lebih lanjut menekankan bahwa kebijakan pembunuhan Israel hanya akan meningkatkan upaya perlawanan di semua lini dan di semua arena. “Darah pemimpin syahid besar Abu al-Abed Haniyeh akan menjadi kutukan yang akan mengejutkan dan membakar entitas tersebut. Musuh Nazi (Israel) akan dihancurkan dan dipermalukan oleh serangan-serangan yang diberkati dariperlawanan di semua arena konfrontasi dan keterlibatan.”

Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) berduka atas Haniyeh sebagai pemimpin yang mengikuti jejak para syuhada dalam membela eksistensi Palestina dari genosida Israel. Mereka menyerukan warga Palestina, Arab, Muslim, dan “orang-orang bebas di dunia” untuk “bangkit dan memberontak melawan musuh kriminal yang terus melakukan kejahatannya untuk mengobarkan kawasan dan seluruh dunia.”

Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas juga mengecam Israel atas tindakan “pengecutnya”, dan menyebut pembunuhan Ketua Politik Hamas sebagai “perkembangan yang berbahaya”. Abbas juga mengumumkan hari berkabung dan memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di lembaga-lembaga resmi Palestina di wilayah Tepi Barat.

Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menjanjikan tanggapan yang kuat atas kematian Haniyeh, dan menyebut pembunuhan itu sebagai “insentif bagi semua orang untuk mendukung dan mendukung perlawanan” di Gaza dan di tempat lain. Kelompok tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Israel “salah perhitungan” dengan membunuh para pemimpin perlawanan dan melanggar kedaulatan Iran dan Lebanon.

“Pembunuhan kriminal terhadap pemimpin Haniyeh di jantung ibu kota Iran adalah peristiwa penting dan berbahaya yang membawa perang ke tingkat baru dan akan menimbulkan konsekuensi besar bagi seluruh wilayah,” kata pernyataan itu.

Fathi Nimer, pakar kebijakan Palestina di Al-Shabaka – sebuah wadah pemikir independen Palestina global – mengatakan bahwa orang-orang Palestina akan mengingat Haniyeh sebagai “seseorang yang setia pada asal usulnya”. Tumbuh sebagai pengungsi di Gaza, ia menjalani pengalaman Palestina – bersekolah di UNRWA dan bekerja untuk menghidupi keluarganya, kata Nimer kepada Aljazirah

Haniyeh “memainkan peran integral dalam berbagai tonggak sejarah Palestina”. Pada pemilu legislatif tahun 2006, Haniyeh dinominasikan sebagai kandidat utama Hamas untuk dewan legislatif, dan setelah menang dalam pemilu, ia diangkat menjadi perdana menteri. 

“Sampai hari ini, Haniyeh tetap menjadi satu-satunya perdana menteri Palestina yang mencapai posisi tersebut melalui mandat rakyat melalui kotak suara,” kata Nimer. “Dia akan dikenang sebagai seseorang yang setia pada asal usulnya, dia mempraktekkan apa yang dia khotbahkan, dan posisinya tidak pernah melindungi dia dari kerusakan akibat pengepungan dan pemboman Israel. 

“Anak dan cucunya termasuk di antara puluhan ribu korban genosida Israel. Dia dibunuh seperti pendahulunya, dan ada kemungkinan penerusnya juga menghadapi nasib serupa. Namun tetap jelas bahwa pembunuhan yang dilakukan selama berpuluh-puluh tahun ini tidak mampu menggagalkan perlawanan Palestina, dan kemampuan mereka terus berkembang dan mengubah keseimbangan kekuatan di wilayah tersebut.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement