Sabtu 13 Jul 2024 21:48 WIB

Biadab, Israel Bom Jamaah Shalat Dzuhur di Mushalla di Kamp Shati

Sedikitnya 17 warga syahid dalam serangan Israel ke mushalla di Gaza.

Sandal milik jamaah yang terkena serangan Israel di mushalla di pengungsian Shati di Kota Gaza, Sabtu (13/7/2024).
Foto: X/Quds News Network
Sandal milik jamaah yang terkena serangan Israel di mushalla di pengungsian Shati di Kota Gaza, Sabtu (13/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Pasukan penjajahan Israel melakukan kejahatan terbaru dengan menyasar puluhan jamaah shalat dzuhur di sebuah mushalla di Jalur Gaza. Belasan syahid dan puluhan lainnya terluka dalam serangan pada Sabtu siang tersebut.

Kantor berita WAFA melansir, pada tengah hari pesawat-pesawat tempur penjajah menargetkan mushalla di dekat Masjid Putih di kamp pengungsi al-Shati di sebelah barat Kota Gaza. Serangan itu mengakibatkan terbunuhnya sedikitnya 17 warga sipil dan melukai banyak orang lainnya, termasuk anak-anak dan wanita. 

Baca Juga

Serangan Israel tersebut menyasar orang-orang yang sedang berkumpul untuk shalat dzuhur di mushalla tersebut. Rekaman video kamp pengungsi Shati setelah serangan Israel menunjukkan mayat di dalam gedung dan bekas darah.

“Warga di lingkungan tersebut memutuskan untuk melaksanakan shalat berjamaah di mushalla, kami menghindari shalat berjamaah pada Magrib dan Isya di masjid agar tidak menjadi sasaran. Kami terkejut hari ini bahwa sebuah rudal Israel menargetkan tempat itu. Semuanya keluar berkeping-keping, tidak kurang dari 20 korban.”

Bagaimanapun, kegigihan warga Gaza di tengah pemboman brutal Israel sukar dipungkiri. Setelah serangan brutal terbaru, seorang wanita Palestina dari Jalur utara yang kehilangan empat anaknya selama perang, sementara suaminya hilang, mengatakan dia tetap tidak akan meninggalkan Gaza atau pergi ke selatan Jalur Gaza.

“Demi Allah, Netanyahu, saya tidak akan pergi ke Jalur Gaza bagian selatan. Ini adalah tanah saya, saya tidak akan pergi, dan kami akan mengambil hak kami dari Netanyahu dan Israel,” kata seorang perempuan dari kamp pengungsi Shati, merujuk Perdana Menteri Israel dilansir Aljazirah, Sabtu (13/7/2024).

“Saya adalah ibu dari empat orang syuhada, dan saya tidak memiliki anak laki-laki lagi, dan saya bangga dengan mereka, terima kasih ya Allah. Dan kami memberi tahu Netanyahu bahwa kami siap mengorbankan diri kami sendiri,” kata wanita itu. “Allah menjanjikan kemenangan kepada kami, dan kemenangan kami sudah dekat ya Allah,” tutupnya.

Di lokasi lain, sedikitnya 71 warga Palestina syahid dalam pembantaian oleh pasukan penjajahan Israel (IDF) di wilayah Al-Mawasi di selatan Jalur Gaza. Lebih dari 289 orang terluka, banyak di antaranya berada dalam kondisi kritis, menurut sumber medis setempat.

Agresi Israel yang sedang berlangsung di Gaza sejak Oktober tahun lalu sejauh ini telah mengakibatkan 38.345 korban jiwa warga Palestina, dan 88.295 orang lainnya terluka. Ribuan lainnya dikhawatirkan terjebak di bawah reruntuhan dan di jalanan, tidak dapat diakses oleh tim penyelamat dan ambulans.

Amjad al-Shawa, direktur Jaringan LSM Palestina, mengatakan pembantaian di al-Mawasi adalah “pesan dari Israel kepada dunia bahwa berulang kali mereka menargetkan warga sipil Palestina dimanapun mereka berada.”

“Daerah ini diserang berkali-kali; penuh dengan tempat berlindung dan tempat penampungan ini berisi ribuan tenda di mana anak-anak, wanita, orang tua tinggal di bawah tenda-tenda ini sebagai tempat yang aman,” katanya kepada Aljazirah di Deir el-Balah di Gaza tengah.

“Begitu banyak keluarga, yang mengungsi untuk ke-10 kalinya, mencari keselamatan dan keamanan,” katanya, seraya menambahkan bahwa serangan itu menunjukkan “kegagalan komunitas internasional untuk memberikan tekanan pada Israel agar menghentikan perangnya terhadap warga sipil Palestina”.

Dalam pernyataannya di X, Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk “pembantaian” Israel di kamp pengungsi al-Mawasi dan Shati di Gaza. Kementerian tersebut meminta “negara-negara yang mendukung Israel untuk membangkitkan hati nurani dan moral mereka, dan berhenti menghalangi upaya internasional untuk mengakhiri perang genosida” di wilayah Palestina yang terkepung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement