Sabtu 13 Jul 2024 21:13 WIB

Israel Kembali Bantai Warga Gaza di Zona Pengungsian, 90 Orang Syahid

Israel menyerang wilayah Al-Mawasi, tempat yang mereka sebut aman bagi warga Gaza.

Warga Palestina memegang jenazah kerabatnya yang tewas dalam pemboman Israel di Jalur Gaza, di sebuah rumah sakit di Deir al-Balah, Sabtu, 13 Juli 2024.
Foto:

Mohammed al-Mughair, anggota organisasi penyelamat Gaza, mengatakan kepada Aljazirah bahwa tentara Israel menyerang kru yang sedang dalam perjalanan untuk membantu korban serangan al-Mawasi, yang telah menewaskan sedikitnya 71 orang dan melukai ratusan lainnya.

“Saat menuju lokasi kejadian, [kami] menjadi sasaran; dua kendaraan menjadi sasaran langsung dan ini menyebabkan kematian dua rekan kami. Enam lainnya terluka, tiga di antaranya luka kritis,” katanya dalam komentar yang diterjemahkan.

Menggambarkan kejadian mengerikan dari serangan tersebut, yang terjadi di “zona aman” yang ditetapkan oleh militer penjajah. Ia mengatakan bahwa pertahanan sipil sejauh ini telah memulihkan 360 orang yang tewas dan terluka. “Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak,” tambahnya.

Apakah pembunuhan rekan-rekannya akan membuatnya terdiam atau membuatnya takut saat melanjutkan pekerjaannya? “Saya tidak takut, kami tidak ragu-ragu. Kami telah menjadi sasaran lebih dari sekali. Kami akan melanjutkan pekerjaan kami, kami akan memberitahu rakyat Palestina bahwa kami melakukan yang terbaik, dan kami memberi tahu keluarga kami ketika kami pergi bekerja bahwa kami mungkin tidak akan pernah kembali lagi,” kata al-Mughair.

Serangan terhadap al-Mawasi, yang diklaim Israel bertujuan untuk membunuh pejabat senior Hamas Mohammed Deif, bukanlah yang pertama di mana pasukan Israel menargetkan dan membunuh puluhan warga sipil Palestina untuk mencapai tujuan militer.

Bulan lalu, pasukan Israel membunuh sedikitnya 274 warga Palestina dalam operasi untuk membebaskan empat tawanan Israel di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Pihak berwenang di Jalur Gaza mengatakan sekitar 700 orang lainnya terluka dalam “serangan brutal yang belum pernah terjadi sebelumnya”, beberapa di antaranya berada dalam kondisi kritis.

Kenneth Roth, mantan direktur eksekutif Human Rights Watch dan profesor tamu di Universitas Princeton, mengatakan kepada Aljazirah bahwa operasi siang hari berarti “beberapa bom jelas-jelas jatuh di atau tepat di dekat pasar di Nuseirat yang dipenuhi orang”.

“Dan dalam keadaan seperti ini, diperkirakan akan ada lebih banyak korban sipil dibandingkan jika operasi dilakukan pada malam hari. Hal ini tidak sejalan dengan kewajiban untuk mengambil semua tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan untuk menghindari bahaya bagi warga sipil.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement