Sabtu 13 Jul 2024 12:16 WIB

Kremlin Kecam Pernyataan Joe Biden tentang Vladimir Putin di KTT NATO

Di KTT NATO, Biden keliru menyebut Presiden Ukraina Zelenskyy "Presiden Putin".

Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Jumat mengecam pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tentang Presiden Vladimir Putin sebagai sesuatu hal yang "tidak bisa diterima." Dalam sebuah jumpa pers di Moskow, Peskov menekankan bahwa ketika Biden "berbicara dengan tidak hormat tentang para pemimpin negara lain," dia "menunjukkan perilaku yang sama sekali tidak dapat diterima sebagai seorang kepala negara."

"Saya merujuk pada pernyataannya tentang Presiden Putin. Ini tidak dapat diterima oleh kami. Kami yakin bahwa ini tidak mencerminkan citra baik kepala negara. Ini adalah sesuatu yang kami perhatikan secara langsung dan sama sekali tidak dapat diterima," katanya menekankan.

Baca Juga

Peskov menolak berkomentar tentang apakah kekeliruan Biden bisa memengaruhi peluangnya untuk dicalonkan, dengan mengatakan: "Biarkan pemilih Amerika menentukan peluang para kandidat."

"Kami perhatikan, seperti juga di seluruh dunia. Jelas bahwa ini adalah keceplosan. Mereka telah menerima respons yang sangat luas karena diskusi politik dalam negeri yang sedang berlangsung di AS. Namun, ini bukan urusan kami, ini masalah internal AS," katanya.

Di KTT NATO di Washington, Biden secara keliru menyebut Presiden Ukraina Zelenskyy "Presiden Putin." "Saya serahkan kepada presiden Ukraina, yang memiliki keberanian dan tekad yang sama. Hadirin sekalian, Presiden Putin. Presiden Putin! Dia akan mengalahkan Presiden Putin. Presiden Zelenskyy! Saya sangat fokus untuk mengalahkan Putin. Kita harus memikirkannya," katanya.

"Saya lebih baik dari dia," kata Zelenskyy sebagai tanggapan, yang kemudian ditanggapi Biden: "Anda jauh lebih baik."

Peskov juga membantah bahwa Putin mengirim pesan kepada Donald Trump melalui Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, seraya menekankan bahwa tidak ada pesan "tertulis maupun lisan" untuk mantan presiden AS tersebut.

Menanggapi seruan Kiev kepada negara-negara NATO untuk mencabut pembatasan serangan rudal terhadap Rusia, Peskov mengatakan bahwa senjata-senjata yang diproduksi di negara-negara NATO sudah menghantam wilayah Rusia.

Pejabat itu memperingatkan bahwa kemungkinan peningkatan jangkauan serangan semacam itu akan menjadi "provokasi yang mengarah pada peningkatan ketegangan."

"Kami melihat pernyataan dari perwakilan beberapa ibu kota - dari London dan lainnya - yang tidak lagi melihat adanya pembatasan dalam hal ini."

"Kami juga melihat negara-negara yang masih berusaha menjaga keseimbangan dan mengatakan mereka menentang liberalisasi rezim untuk menggunakan rudal jarak jauh ini," katanya.

Dia juga membantah klaim yang menuduh adanya upaya pembunuhan oleh Rusia terhadap kepala produsen senjata Jerman Rheinmetall, Armin Papperger. "Laporan semacam itu tidak dapat dianggap serius," kata Peskov.

Saat mengomentari masalah akses ke platform video YouTube di Rusia, juru bicara itu mengatakan hal itu terkait dengan keusangan peralatan, yang belum diperbarui selama lebih dari dua tahun.

Terkait penangkapan sepasang suami istri di Australia baru-baru ini atas tuduhan mata-mata untuk Rusia, Peskov mengatakan: "Ya, mereka adalah warga negara Rusia, tetapi mereka tinggal secara permanen di Australia. Jadi, kami tidak tahu kasus itu secara rinci."

 

sumber : Antara, Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement