Senin 08 Jul 2024 13:24 WIB

Sayap Kiri Prancis Menang Pemilu dan Berjanji Akui Palestina, Zionis Panik

Koalisi sayap kiri-tengah berhasil menggagalkan kemenangan sayap kanan Prancis.

Bendera Palestina dan Afrika Selatan dikibarkan dalam protes terhadap sayap kanan, di alun-alun Republique, Paris, Rabu, 3 Juli 2024.
Foto:

Keberhasilan koalisi sayap kiri yang dipimpin Insoumise La France mengejutkan komunitas Yahudi dan pihak-pihak di Israel. Harapan mereka bahwa kelompok sayap kanan akan memenangkan pemilu dan membela Israel dikandaskan dalam pemilihan tahap kedua pada Ahad (7/7/2024). 

Namun, kondisi belakangan juga menguak tindakan para Zionis merangkul kelompok yang terang-terangan benci dengan bangsa Yahudi ketimbang harus berkubu dengan mereka yang pro-Palestina.

Media Yahudi Forward melansir, kelompok sayap kanan sedianya musuh lama Yahudi Prancis. Pendiri gerakan itu, Jean-Marie Le Pen, telah berulang kali dihukum karena ujaran kebencian dan penyangkalan Holocaust. Sedangkan pendiri lainnya, Pierre Bousequet sempat bertugas di Waffen-SS Partai Nazi saat Jerman menguasai Prancis.

Kandidat National Rally dalam pemilu ini juga kedapatan melakukan tindakan yang jelas-jelas antisemit seperti mengenakan yarmulk bergambar swastika. 

Namun, di tengah sorotan terhadap genosida Israel di Jalur Gaza, Yahudi Prancis justru berbalik mendukung sayap kanan karena kelompok kiri di negara itu saat ini yang paling kritis terhadap negara Israel. 

Kelompok kiri yang dipimpin partai Insoumise La France berulang kali menegaskan dukungannya terhadap Palestina. Bahkan sejak awal 2010, Jean-Luc Mélenchon, pemimpin Insoumise La France telah membela Palestina melawan Israel dan mengkritik CRIF (Dewan Perwakilan Lembaga Yahudi Perancis) dengan menuduhnya komunitarianisme. Perlu diingat bahwa CRIF di Perancis, seperti AIPAC di Amerika Serikat, melakukan lobi dengan penuh semangat untuk mendukung Israel, khususnya di kalangan politikus. 

Pada 2014, Mélenchon dikritik karena mendukung demonstrasi anti-Israel dan gerakan BDS (Boikot, Divestasi, dan Sanksi). Namun sejak tanggal 7 Oktober, kritik Yahudi Prancis  terhadap Mélenchon menjadi semakin ganas. Tujuannya untuk mengalihkan perhatian dari serangan genosida yang dilancarkan terhadap Gaza dan melarang diskusi mengenai hal tersebut. 

Kantor media Pressenza melansir bahwa tuduhan antisemitisme lebih langsung dan kini menyasar Insoumise La France secara keseluruhan. Mélenchon menolak untuk mematuhi pemerintah Prancis yang menggambarkan Hamas sebagai organisasi teroris. Menurut dia,  Hamas adalah pasukan kombatan yang berperang melawan pendudukan wilayah mereka. 

Oleh karena itu, ia menolak menganggap pembantaian tanggal 7 Oktober sebagai tindakan teroris dan melihatnya sebagai kejahatan perang. Ia juga mengkritik presiden Majelis Nasional, Yaël Braun-Pivet, yang pergi ke Israel saat bom Israel menghujani Gaza. Ia juga berani menyebut Negara Israel sebagai negara genosida.

Sikap tersebut diklaim berdampak pada Insoumise La France secara keseluruhan, karena pernyataan Mélenchon diyakini merupakan bagian dari strategi yang diambil partai tersebut untuk menarik lingkungan kelas pekerja yang memiliki jumlah pemilih Muslim yang signifikan. Sebuah survei mengungkapkan bahwa 92 persen orang Yahudi di Prancis percaya bahwa Insoumise La France mendorong bangkitnya antisemitisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement