REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Kemenangan partai politik sayap kanan pada putaran pertama pemilu Prancis berhasil diadang oleh koalisi sayap kiri dalam pemilihan tahap dua pada Ahad. Pengakuan atas kedaulatan Palestina jadi salah satu janji pertama yang diucapkan politikus sayap kiri.
Tidak ada partai yang memenangkan mayoritas dalam putaran kedua pemilihan parlemen Prancis pada Ahad, di mana seluruh 577 kursi Majelis Nasional diperebutkan. Menurut media Paancis Le Monde, aliansi sayap kiri Front Populer Baru memenangkan 182 kursi sementara Ensemble yang berhaluan tengah, yang didukung oleh Presiden Emmanuel Macron, memenangkan 168 kursi.
“Kami akan memiliki perdana menteri dari Front Populer Baru,” Jean-Luc Mélenchon, pemimpin sayap kiri Prancis, memposting di X pada Ahad malam. “Kami akan dapat memutuskan banyak hal melalui keputusan. Di tingkat internasional, kita harus setuju untuk mengakui Negara Palestina.”
Partai sayap kanan National Rally, yang dipimpin oleh Marine Le Pen, memenangkan 143 kursi. Ini sebuah hasil yang mengecewakan bagi partai tersebut setelah memimpin putaran pertama pemungutan suara seminggu yang lalu dan tampaknya berada dalam jarak yang sangat dekat untuk mendapatkan mayoritas.
Sebaliknya, kandidat pertengahan dan sayap kiri bekerja sama untuk mengalahkan koalisi sayap kanan, National Rally, dengan mengeluarkan kandidat mereka dari pencalonan di mana partai lain memiliki peluang lebih besar untuk menang.
Media Yahudi Forward melansir, kelompok sayap kanan sedianya musuh lama Yahudi Prancis. Pendiri National Rally, termasuk ayah Le Pen, Jean-Marie Le Pen, telah berulang kali dihukum karena ujaran kebencian dan penyangkalan Holocaust. Sedangkan Pierre Bousequet, yang bertugas di Waffen-SS Partai Nazi serta kandidat dalam pemilu ini juga dituduh antisemitisme.
Namun, di tengah sorotan terhadap genosida Israel di Jalur Gaza, Yahudi Prancis justru mendukung sayap kanan karena kelompok kiri di negara itu saat ini yang paling kritis terhadap negara Israel.
Patut dicatat bahwa tudingan antisemitisme di Eropa tak hanya soal rasisme terhadap etnis Yahudi. Kerap kali, kritik terhadap negara Israel juga dimasukkan dalam antisemitisme.
Ilmuwan politik Jean-Yves Camus mengatakan sebelum pemungutan suara bahwa ia merasa “terjebak” oleh kelompok sayap kiri, terutama ketika kaum Sosialis yang lebih moderat berkoalisi dengan partai Mélenchon.
“Kami cukup marah dan kecewa,” kata Camus. “Sebagai orang Yahudi, kami merasa dikhianati dan kami pikir akan lebih baik jika Partai Sosialis tidak menjalin aliansi dengan kelompok sayap kiri seperti ini.”
Banyak orang Yahudi Perancis mengatakan bahwa retorika pro-Palestina dari sayap kiri telah membuka pintu bagi antisemitisme. Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Komite Yahudi Amerika (AJC) di Eropa, 92 persen orang Yahudi Prancis percaya bahwa kelompok kiri France Unbowed telah “berkontribusi” terhadap meningkatnya antisemitisme.
Kini, kebuntuan tampaknya terjadi di masa depan Prancis. Setelah pencalonan, Perdana Menteri Gabriel Attal yang berhaluan tengah dan memiliki akar Yahudi, mengatakan dia berencana untuk mundur.
Yahudi prancis membelot... baca halaman selanjutnya