REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data penelitian dari Vectra, sistem security operation center (SOC) kesulitan dalam menangani 67 persen dari seluruh peringatan dalam sistem data. Hal itu karena sebagian besar dari laporannya merupakan false positive atau aktivitas yang tidak berbahaya.

Dampaknya, laporan yang ada mengakibatkan kurangnya efektivitas pada pekerjaan mereka. Menjawab permasalahan itu, Accessible Resilience Information Armor (ARIA) menghadirkan inovasi keseluruhan keamanan sistem, mulai identifikasi, deteksi, dan respons terhadap insiden secara otomatis.

Dengan terintegrasinya ketiga elemen tersebut, perusahaan dapat mencegah dan menangani serangan siber secara efektif. Protergo Cyber Security memperkenalkan solusi terbaru ARIA dalam soft launching yang dihadiri perwakilan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

"ARIA ini sebuah terobosan menarik dalam hal solusi bagi Penyelenggara Sistem Elektronik untuk dapat mengimplementasikan cyber security yang tepat guna dan tepat sasaran, efektif, dan efisien," ujar sandiman Direktorat KSS TIKA Media dan Transportasi BSSN, Mahardika Soffan di Jakarta, Kamis (13/6/2024).

Mahardika berharap semakin banyak penyedia solusi menghadirkan produk yang dikembangkan di dalam negeri, seperti ARIA. Secara filosofi, sambung dia, hadirnya ARIA memang menjadi solusi. Namun, para pelaku usaha tetap harus memahami risiko dan membuat keputusan yang tepat terkait kebijakan keamanan untuk sistem dan data mereka.

Protergo Cyber Security merupakan perusahaan keamanan siber pertama di Indonesia yang memiliki cyber security hub di gedung yang terintegrasi berlokasi di Graha Protergo, Jakarta Selatan. Protergo Cyber Security juga merupakan lembaga konsultan yang terverifikasi ke dalam daftar putih BSSN.

Ikuti Whatsapp Channel Republika