Rabu 05 Jun 2024 22:48 WIB

APBN 2025 Ditetapkan Sebelum Prabowo Dilantik, Ini 16 Catatan Ketua Banggar DPR RI 

Ada beberapa agenda yang perlu dilanjutkan Prabowo dalam APBN 2025

Ketua Banggar DPR RI, Said Abdullah mengatakan ada beberapa agenda yang perlu dilanjutkan Prabowo dalam APBN 2025
Foto:

Keenam, hempasan angin buritan membuat perekonomian nasional “terjebak” dalam pusaran pertumbuhan lima persenan.

Padahal kita dikejar waktu untuk bisa naik kasta menjadi negara maju pada 2045. Momentumnya dengan memanfaatkan secara optimal bonus demografi yang akan berakhir pada 2036.

Ketujuh, alih alih memanfaatkan bonus demografi secara optimal, dukungan anggaran pendidikan 20 persen dari belanja negara belum mampu mengubah rakyat menjadi tenaga kerja terampil, penuh inovasi, dan punya etos kerja tinggi.

“Lebih dari separuh angkatan kerja masih lulusan SMP. Tentu saja keadaan ini tidak bisa kita andalkan untuk bersaing dalam pasar tenaga kerja yang makin kompetitif,” ujar Said.

Kedelapan, terlihat dalam struktur serapan tenaga kerja, porsi pengangguran pada 2022 didominasi oleh lulusan SMA sebesar 8,5 persen dan SMK 9,4 persen.

Said menyebut lulusan SMP ke bawah terserap sebagai tenaga kerja kasar, masuk sektor informal, dan upah murah. Mereka yang lulusan perguruan tinggi masuk ke sektor formal.

Data ini memberi arti, mereka yang lulus SMA dan SMK dan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, kemungkinan besar dari rumah tangga kurang mampu.

“Oleh sebab itu, perguruan tinggi harus lebih inklusif terhadap keluarga tidak mampu,” ujar Said.

kesembilan, Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat hampir 10 juta penduduk berusia 15-24 tahun atau biasa disebut generasi Z (Gen Z) menganggur, tidak sekolah, tidak bekerja atau tidak mengikuti pelatihan atau Not Employment, Education, or Training (NEET).

Lebih rinci, dari 44,47 juta penduduk berusia 15-24 tahun pada Agustus 2023, sekitar 22,5 persen atau 9,89 juta masuk dalam kategori NEET.

“Anggaran pendidikan 20 persen dari belanja negara harus mampu memberikan keterampilan anak anak muda kita ini menyongsong masa depan mereka,” ujar Said.

kesepuluh, pembangunan infrastruktur dan hilirisasi belum mampu mengubah haluan ekonomi, untuk menavigasikan ekspor kita lebih bernilai tinggi.

Tingkat investasi untuk menghasilkan barang/jasa belum efisien. ICOR kita tahun 2014 tercatat 5,5.

Setelah hampir sepuluh tahun kita menggelorakan pembangunan infrastruktur, skor ICOR kita malah naik di kisaran 6,5 tahun 2023.

“Padahal negara negara peers, seperti Malaysia di angka 4,5, Thailand 4,4, Vietnam 4,6, dan Filipina bahkan jauh lebih rendah 3,7,” ujar Said.

 

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement