REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) membantu Kepolisian Thailand (Royal Thai Police) dalam menangkap buronan nomor satu di negara tersebut. Sosok bandar besar narkoba di negeri Gajah Putih yang melarikan diri ke Indonesia itu bernama Chaowalit Thungduang alias Sia Paeng Nanoo alias Sulaiman.
Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Komjen Pol. Wahyu Widada di Bareskrim Polri, Jakarta, Ahad (2/6/2024) mengatakan, penangkapan terhadap bandar itu setelah Polri menerima red notice dari Royal Thai Police pada 16 Februari 2024.
"Buronan ini salah satu seorang pelaku kriminal yang telah ditetapkan sebagai buronan yang paling dicari di Thailand karena telah melakukan berbagai kejahatan sebelum akhirnya melarikan diri ke Indonesia untuk bersembunyi," kata Wahyu.
Dari hasil penyelidikan, buronan Chaowalit masuk ke Indonesia melalui jalur laut dari perairan Thailand menuju perairan Aceh menggunakan kapal cepat pada tanggal 8 Desember 2023 dengan menempuh waktu perjalanan 17 jam. Selanjutnya, ia memilih tinggal di Sumatera Utara dengan nama samaran Sulaiman.
Selama berada di Indonesia, Chaowalit menggunakan identitas palsu, KTP, maupun kartu keluarga (KK) dan akta kelahiran yang dibuat oleh seorang warga negara Indonesia di Aceh berinisial FS.
"Sampai di Indonesia ada WNI berinisial FS yang sebelumnya dikenalkan salah satu saksi di Thailand untuk membantu buronan membuat identitas palsu sebagai WNI atas nama Sulaiman. Identitas palsu itu tersebut berupa KTP, KK, dan akta kelahiran sebagai penduduk Aceh Timur," katanya.
Selama berada di Indonesia, kata dia, Chaowalit atau Sulaiman hidup dengan suplai uang yang dikirim dari Thailand. Selama itu, ada perempuan WNI yang membantunya mengirimkan uang, mengantar berpergian, hingga menemani tinggal di Indonesia .
Disebutkan pula, total ada delapan saksi yang terkait dengan pelarian Chaowalit di Indonesia yang sedang diburu penyidik Polri karena membantu buronan selama dalam pelarian. Chaowalit tinggal berpindah-pindah dari satu apartemen ke apartemen dan dari hotel ke hotel, dan beberapa kali berganti-ganti yang menemani.
Chaowalit diketahui berada di Bali sejak 20 Mei 2024 untuk berlibur. Selama berkomunikasi menggunakan Google Translate karena tidak bisa berbahasa Inggris maupun Indonesia.
"Yang dijelaskan oleh Thailand, Chaowalit terlibat kasus narkoba di Thailand, salah satu bandar narkoba yang besar di negara tersebut, kemudian melakukan pembunuhan, termasuk pada saat melarikan diri. Sebenarnya sudah ditangkap dan ditahan, kemudian melarikan diri saat izin berobat gigi di salah satu rumah sakit di Thailand," kata Komjen Pol. Wahyu.
Meski selama di Indonesia tidak ada catatan kriminalitas, Chaowalit adalah buronan paling berbahaya di Thailand karena telah membunuh seorang polisi dan beberapa orang yang diduga saksi kasus perkaranya.
Sekretaris Jenderal Badan Pengawasan Narkotika Thailand Phanurat Lukboon mengapresiasi kinerja Polri dalam membantu pihaknya menangkap buronan nomor satu di negerinya. Hal ini mengingat kejahatannya cukup besar, yakni membunuh aparat, yang berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap aparat di sana.
"Polisi Thailand menyatakan tersangka orang yang penting segera ditangkap. Kami tahu dia berada di Indonesia, sudah 6 hari tinggal di Medan. Berarti Kepolisian Indonesia sangat berkualifikasi. Kami semua tahu bahwa kasus narkoba bukan hanya masalah satu negara, melainkan harus berkolaborasi dengan negara lain," kata Phanurat.