REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merekomendasikan masyarakat agar menjauhi Gunung Ibu di Pulau Halmahera, Maluku Utara, seiring dengan peningkatan status gunung api tersebut menjadi Awas.
"Masyarakat di sekitar Gunung Ibu dan pengunjung atau wisatawan agar tidak beraktivitas, mendaki, dan mendekati Gunung Ibu di dalam radius empat kilometer dan sektoral tujuh kilometer dari arah bukaan kawah di bagian utara dari kawah aktif," kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan di Jakarta, Kamis (16/5/2024)
Wafid menyarankan masyarakat yang beraktivitas di luar rumah untuk memakai masker dan kacamata bila terjadi hujan abu agar tidak mengganggu sistem pernafasan.
Potensi banjir lahar di sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Gunung Ibu perlu diwaspadai oleh masyarakat, kata dia, terutama saat terjadi hujan lebat di bagian puncak.
"Masyarakat di sekitar Gunung Ibu diharap tenang tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Ibu dan agar senantiasa mengikuti arahan dari BPBD Provinsi Maluku Utara dan BPBD Kabupaten Halmahera Barat," ujar Wafid.
Pada 16 Mei 2024 pukul 15.00 WIT Badan Geologi resmi menaikkan status Gunung Ibu dari sebelumnya Siaga atau Level III menjadi Awas atau Level IV.
Gunung Ibu merupakan gunung api tipe strato dan memiliki ketinggian puncak 1.340 meter di atas permukaan laut (mdpl). Secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara.
Badan Geologi melakukan pengamatan secara visual dan instrumental dari pos pengamatan gunung api yang berlokasi di Desa Gam Ici, Kecamatan ibu, Kabupaten Halmahera Barat.
Dalam sejarah aktivitas vulkaniknya letusan Gunung Ibu tercatat sejak 1911 dan mulai 1998 kembali mengalami letusan hingga saat ini dengan selang waktu erupsi terpendek satu tahun.
Berdasarkan catatan Badan Geologi sejak 1999 hingga saat ini Gunung Ibu mengalami erupsi menerus.
"Kondisi terkini Gunung Ibu adalah terbentuknya kubah lava di dalam kawahnya dengan pertumbuhan yang cukup signifikan hingga telah melampaui dinding kawah, sehingga mengakibatkan terjadinya guguran lava ke arah utara dan barat laut," kata Wafid.
Selama dua pekan terakhir tercatat ada 11.738 kali gempa yang timbul akibat aktivitas vulkanik Gunung Ibu di Pulau Halmahera, Maluku Utara.
"Gempa vulkanik dalam menunjukkan peningkatan yang signifikan," kata dia.
Wafid mengungkap rentetan gempa dangkal juga terekam di Gunung Ibu. Kemunculan gempa dangkal itu mengindikasikan adanya peningkatan tekanan akibat migrasi magma ke kedalaman dangkal.
Pada periode 1-15 Mei 2024, kegempaan yang tercatat di Gunung Ibu sebanyak 40 kali gempa letusan, 7 kali gempa guguran, 1.850 gempa hembusan, 49 kali gempa harmonik, 13 kali gempa tornillo.
Kemudian, sebanyak 7.590 kali gempa vulkanik dangkal, 80 kali gempa vulkanik dalam, 1 kali gempa tektonik lokal, 132 kali gempa tektonik jauh, dan 1 kali gempa terasa.
Sedangkan pada 16 Mei 2024, pukul 00.00 hingga 18.00 WIT, Badan Geologi mencatat ada 1.975 kali gempa yang terdiri dari gempa letusan sebanyak 4 kali, gempa hembusan 185 kali, gempa guguran 2 kali, gempa harmonik 12 kali, gempa vulkanik dangkal 1.744 kali, gempa vulkanik dalam 22 kali, dan gempa tektonik jauh 6 kali.