REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tak bisa melewati ambang batas atau parliamentary threshold sebesar 4 persen dalam pemilihan umum (pemilu) 2024. Alhasil, PSI tak bisa mengirimkan para kadernya untuk menjadi anggota DPR di Senayan, Jakarta Pusat.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSI Raja Juli Antoni mengakui bahwa partainya tak lolos parlemen. Namun, suara PSI disebut mengalami kenaikan yang signifikan dalam pemilu 2024. Kenaikan suara bukan hanya di pemilihan legislatif (pileg) DPR, melainkan juga pileg DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
"Betul PSI tidak lolos parlemen, tapi ada kenaikan suara yang signifikan," kata dia saat konferensi pers di Kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2024).
Menurut Raja Juli, salah satu faktor yang mendongkrak suara PSI adalah kehadiran Kaesang Pangarep sebagai ketua umum (ketum). Menurut dia, di bawah kepemimpinan Kaesang, PSi berhasil mendapatkan 4.260.169 suara atau 2,80 persen untuk pileg DPR 2024, meningkat dari 2.650.361 suara atau 1,89 persen pada 2019.
Perolehan suara pada pemilu 2024 dinilai menjadi modal baik untuk PSI. Apalagi, PSI juga mengalami peningkatan suara signifikan dalam pileg 2024.
Ia menyatakan, suara PSI dalam pileg di 16 kabupaten/kota cukup signifikan. Bahkan, di 16 kabupaten/kota itu, PSI dapat membuat fraksi sendiri untuk menentukan sikap, seperti yang selama ini dilakukan di DPRD DKI Jakarta.
"Di Jakarta kami tetap punya delapan kursi, lalu Tangsel, Kota Tangerang, sampai di ujung Papua kami punya kursi. Ini jadi modal kami untuk bergerak kembali lima tahun yang akan datang," kata dia.
Raja Juli menambahkan, hingga 2029 mendatang, Kaesang tetap akan menjadi ketum PSI. Ia meyakini, bersama Kaesang PSI dapat memenangkan pemilu 2029.
"Kabar gembiranya, mas Kaesang akan tetap bersama PSI, akan tetap jadi ketum PSI untuk memenangkan pemilu 2029," kata dia.
Efek Kaesang
Raja Juli mengakui, banyak pihak yang sinis ketika Kaesang diangkat menjadi ketum PSI. Padahal, pengangkatan Kaesang menjadi ketum dinilai sudah sesuai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) PSI, meski baru menjadi anggota selama dua hari.
"Mas Kaesang dari lama sudah menjadi pecinta PSI. Bahkan 2019 sudah milih PSI sebenarnya. Namun momentum untuk jadi ketum PSI perlu pertimbangan, perlu analisa, sehingga akhirnya mas Kaesang memutuskan untuk gabung di PSI," kata dia.
Ia menilai masih banyak pihak yang sinis bahwa keberadaan Kaesang di PSI hanya karena privilesenya sebagai anak dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Padahal, Kaesang diklaim merupakan pekerja politik yang serius.
Raja Juli mengisahkan, Kaesang melakukan kunjungan sebagai ketum PSI di 118 kabupaten/kota, 34 provinsi, serta menghabiskan 603 jam perjalanan darat dan 109 jam di atas pesawat, hanya dalam 120 hari. Bahkan, ketika kondisinya sedang tidak fit, Kaesang dinilai tetap bekerja untuk PSI.
"Jadi tidak hanya andalkan privilese anak presiden, tapi beliau pekerja politik yang serius. Saya jadi saksi, sampai sakit terus bekerja. Untuk apa? Untuk memastikan (kemenangan) PSI," ujar dia.