REPUBLIKA.CO.ID, WAMENA -- Sejumlah kalangan di Papua Pegunungan menilai program makan siang gratis senilai Rp 15 ribu per siswa sekolah oleh Capres Prabowo Subianto tak realistis. Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)-1 di Wamena, Jaya Wijaya Yosep Wibisono bahkan menilai program tersebut tak bisa untuk diterapkan di Bumi Cenderawasih.
Yosep mengatakan, dibandingkan memberikan makan siang gratis untuk para siswa Rp 15 ribu, di Papua Pegunungan lebih penting mengalokasikan anggaran dalam pengembangan sarana, serta kualitas pendidikan.
“Mengenai wacana makan gratis untuk siswa-siswa itu, menurut saya, tidak diperlukan di Papua. Dan kalau itu dilaksanakan, nilainya (Rp 15 ribu) untuk di Wamena, menurut saya itu sangat tidak cukup, dan sangat tidak layak sama sekali,” kata Yosep saat dihubungi Republika dari Jakarta, Selasa (5/3/2024).
SMAN-1 Wamena, tahun pendidikan berjalan 2024 ini, memiliki jumlah anak ajar sebanyak 968 siswa. Menurut Yosep, jika nilai makan gratis Rp 15 ribu per siswa tersebut menjadi acuan pegitungan, maka nominal penganggarannya, per hari mencapai sekitar Rp 14,5 juta. Nilai tersebut kata Yosep, tampak besar hanya untuk pengalokasian anggaran konsumsi pada satu sekolah setiap harinya.
Namun kata Yosep, nilai per siswanya yang cuma Rp 15 ribu hanya memberikan kualitas makanan yang tak layak.
“Mungkin orang-orang di Jakarta pernah mendengar tentang Wamena yang transportasi (logistik) utamanya, adalah menggunakan pesawat udara. Karena itu, harga-harga kebutuhan di Wamena, itu semuanya menjadi serba mahal. Termasuk harga-harga makanan dan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya,” begitu kata Yosep.
Dia mengatakan, rata-rata harga makan wajar, satu kali di Wamena di kisaran Rp 35 sampai dengan Rp 40-an ribu. “Sebagai gambaran untuk harga nasi padang dengan lauk-pauk yang paling murah itu, sekitar (Rp) 35 ribu sampai (Rp) 40 ribu,” begitu ujar Yosep.
Advertisement