REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Satpol PP Kota Bogor, Jawa Barat, memberikan solusi untuk para pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Dewi Sartika yang baru saja ditertibkan, dengan dipindah ke Jalan Nyi Raja Permas. Kasatpol PP Kota Bogor Agustian Syach menilai Jalan Nyi Raja Permas yang menjadi opsi pemindahan itu tidak jauh dari lokasi PKL berdagang saat ini.
“Hanya sekitar 50 meter bergeser dari sini kok, nggak jauh. Padahal kalau kita berpikir, kalau mereka pindah ke sana, pembeli pun akan pindah ke sana sebetulnya,” kata Agustian.
Ia menyebut PKL yang ditertibkan ini sebagian besar merupakan pedagang buah dan kuliner. Oleh karena itu, para PKL ini akan dipindah ke Jalan Nyi Raja Permas yang akan dikhususkan menjadi titik pedagang kuliner.
Sebelumnya Jalan Nyi Raja Permas juga diperuntukkan bagi pedestrian atau pejalan kaki. Namun, setelah dianalisa ternyata tidak terlalu banyak pejalan kaki yang melalui jalur tersebut.
“Jalur pedestrian Nyi Raja Permas setelah kita monitor ternyata tidak terlalu banyak pengguna jalan buat lewat. Jadi kita sepakati dengan Pak Wali Kota kemarin, kita akan geser mereka (PKL) ke Jalan Nyi Raja Permas,” katanya.
Sebelum penertiban PKL Jalan Dewi Sartika, Agustian mengatakan, ada 297 PKL di Jalan Nyi Raja Permas yang juga ditertibkan. Sebagian besar PKL ini berjualan mainan dan makanan.
Saat ini, kata dia, pedagang makanan yang sebelumnya ada di Jalan Nyi Raja Permas ditempatkan di Pasar Kebon Kembang Blok F. Namun, lanjut Agustian, setelah PKL di Jalan Dewi Sartika dipindahkan, maka eks pedagang Nyi Raja Permas khususnya pedagang makanan boleh kembali menempati lapak sebelumnya.
“Mereka nggak sanggup bersaing dengan yang di atas (pasar), jadi mereka turun lagi ke bawah (Jalan Nyi Raja Permas). Nah, ini coba kita tampung,” ucapnya.
Agustian menambahkan, jalur pedestrian Nyi Raja Permas akan memiliki tiga konsep terdiri atas area parkir susun, kuliner, dan sentra buah. Ia pun akan secara terbuka menerima keluhan apabila para PKL tidak merasa nyaman di tempatnya yang baru.
“Sok (silakan) bawah kuliner tok, khusus kuliner. Karena mereka sudah punya segmennya masing-masing,” kata Agustian.