Ahad 03 Mar 2024 20:18 WIB

PPP Beberkan Dugaan Kecurangan Sistematis di Balik Lonjakan Suara PSI

PSI menilai kenaikan itu wajar dan meminta individu parpol tak membuat narasi negatif

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Muhammad Romahurmuziy
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Muhammad Romahurmuziy

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perolehan suara signifikan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) Komisi Pemilihan Umum (KPU) menimbulkan kecurigan sejumlah pihak. Bahkan beredar dugaan adanya operasi penggelembungan suara.

Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy menyebut operasi untuk memuluskan langkah PSI menuju Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan lolos ambang batas empat persen parliamentary treshold (PT) sudah direncanakan terselubung sebelum Pemilu 2024 lalu.

Baca Juga

Romi, sapaan akrab mantan Ketua Umum PPP itu mengatakan, dalam operasi memenangkan PSI tersebut bahkan sengaja melibatkan aparat di sejumlah daerah. Pun juga dengan penggelontoran uang melalui seorang mantan menteri yang memobilisasi peran organisasi-organisasi kemasyarakatan (ormas).
 
Penggunaan aparat tersebut, pun memang bertujuan untuk ‘memuaskan’ ambisi partai yang diketuai oleh Kaesang Pangarep, putra dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Sejak sebelum pemilu, saya sudah mendengar adanya operasi pemenangan PSI yang dilakukan oleh aparat. Yaitu dengan menargetkan kepada penyelenggara pemilu di daerah, agar PSI memperoleh 50 ribu suara di setiap kabupaten, kota di Jawa, dan 20 ribu suara di tiap kabupaten, kota di luar Jawa,” kata Romi dalam siaran pers yang diterima Republika, Ahad (3/2/2024).
 
Romi, juga membeberkan bagaimana operasi untuk memenangkan PSI tersebut.
“Yaitu dengan menggunakan dan membiayai jejaring ormas kepemudaan tertentu yang pernah dipimpin oleh seorang menteri utnuk memobilidasi suara PSI coblos gambar. Seridaknya itu yang saya dengar dari salah-satu aktivisnya yang diberikan pembiayaan lagsung oleh aparat sebelum Pemilu 2024,” ujar Romi.
 
Akan tetapi, Romi mengungkapkan, operasi tersebut tak berjalan semulus yang direncanakan. Hal tersebut kata Romi terlihat dari hasil peghitungan cepat atau quick count pascapencoblosan 14 Februari 2024.
 
“Berdasarkan QC di bawah harapan lolos PT 4 persen. Dan akurasi QC menurut pimpinan lembaga-lembaga survei adalah plus-minus 1 persen. Sehingga untuk lolos PT, QC-nya harus lebih besar dari 3 persen,” ujar Romi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement