REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TENGAH -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat menggelar program Sekolah Lapang Iklim (SLI) guna melatih keterampilan petani tadah hujan di Kecamatan Pujuk agar bisa beradaptasi dengan perubahan iklim atau dampak El Nino.
Kepala Stasiun Klimatologi Lombok Barat, Nuga Putrantijo di Praya, Rabu (21/2/2024), mengatakan, peluncuran program Sekolah Lapang Iklim ini diharapkan bisa meningkatkan kemampuan petani untuk beradaptasi dengan perubahan iklim atau dampak El Nino. "Ini untuk meningkatkan kemampuan petani dalam beradaptasi dengan perubahan iklim," kata Nuga.
Ia mengatakan, perubahan iklim saat ini sudah terjadi, sehingga program ini sangat penting untuk mendukung produktivitas pertanian di khususnya bagi petani tadah hujan. Namun, program ini bisa terlaksana karena adanya kolaborasi semua pihak termasuk para petani.
"Mari kita jaga alam kita untuk keselamatan generasi ke depan. Semoga kolaborasi ini bisa memberikan manfaat bagi peningkatan produksi pertanian," kata dia.
Sementara itu, Wakil Bupati Kabupaten Lombok Tengah, HM Nursiah mengatakan luas tanam sawah Lombok Tengah mencapai 52 ribu hektare dan sebagian merupakan wilayah tadah hujan.
"Produksi pertanian itu tergantung dari iklim," kata Nursiah.
Ia mengatakan, cuaca saat ini tidak menentu, termasuk curah hujan di Nusa Tenggara Barat, khususnya Lombok Tengah, sehingga program Sekolah Lapang Iklim ini sangat penting untuk mendukung peningkatan produksi pertanian.
"Melalui kegiatan ini diharapkan para petani memiliki inovasi untuk peningkatan produktivitas pertanian," katanya.
Oleh karena itu, ia berharap kepada para peserta untuk bisa mengikuti kegiatan ini dengan baik dan diharapkan bisa memberikan motivasi kepada para petani lainnya.
"Ikuti kegiatan ini dengan baik, agar dapat menyesuaikan pola tanam dampak perubahan iklim ini," katanya.