Rabu 17 Sep 2025 07:51 WIB

Polisi Sebut Kacab BRI yang Dibunuh Adalah Sasaran Acak dari Tersangka, Apa Maksudnya?

Tersangka DH disebut mencari pejabat bank sekelas KCP yang bisa diajak bermain kotor.

Sejumlah tersangka dihadirkan saat pengungkapan kasus pembunuhan kepala cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (16/9/2025). Polda Metro Jaya mengungkap kasus pembunuhan kepala cabang BRI dengan mengamankan 15 orang tersangka dan sejumlah barang bukti.
Foto: ANTARA FOTO/Meli Pratiwi
Sejumlah tersangka dihadirkan saat pengungkapan kasus pembunuhan kepala cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (16/9/2025). Polda Metro Jaya mengungkap kasus pembunuhan kepala cabang BRI dengan mengamankan 15 orang tersangka dan sejumlah barang bukti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepolisian mengungkapkan bahwa korban penculikan yang berujung tewas, yakni Kepala Cabang Pembantu (KCP) BRI di Jakarta Pusat berinisial MIP (37 tahun) adalah sasaran acak dari komplotan tersangka. Awalnya, tersangka DH disebut mencari pejabat bank sekelas KCP yang bisa diajak 'bermain kotor' untuk memindahkan aliran uang dari rekening dormant ke rekening penampung, namun upaya itu menemui jalan buntu.

"Dan temannya hanya memberikan kartu nama (korban MIP) sehingga dari situ dilakukan pembuntutan," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, di Polda Metro Jaya, Selasa (17/9/2025).

Baca Juga

Kepala Sub Direktorat Kejahatan dan Kekerasan (Kasubdit Jatantas) Polda Metro Jaya AKBP Abdul Rahim menambahkan, sebelum aksi penculikan terjadi, otak pelaku berinisial K alias C sempat mengajak DH untuk mencari kepala cabang bank yang mau diajak bekerja sama.

"Namun dalam perjalanannya setelah sekian lama, 1 bulan lebih, mereka tidak berhasil mendapatkan kepala cabang bank yang mau diajak kerja sama," ujar dia.

Dari situ, K lalu mengajukan data yang dimilikinya di lapangan, berupa kartu nama milik MIP. Data itulah yang kemudian dikirimkan ke DH dan dipakai untuk menelusuri keberadaan korban.

"Pada saat DH menyetujui untuk melakukan tindakan opsi satu, yaitu melakukan penculikan terhadap korban kepala cabang, K memberikan kartu nama dari salah satu kepala cabang," katanya.

Kemudian kartu nama tersebut diserahkan kepada DH lalu dikirim kepada DH. Selanjutnya DH melakukan pencarian. Kombes Wira mengatakan, mereka mencari rumah korban, namun gagal karena alamat tak jelas. Mereka pun memilih mengintai kantor korban.

Dari situlah pembuntutan dimulai hingga akhirnya korban dibidik untuk diculik. "Kemudian dari malam, dari tengah malam mereka sudah menunggu tim yang membuntuti sudah menunggu di depan kantor korban, kemudian selanjutnya diikuti," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement