Selasa 06 Feb 2024 14:08 WIB

Aksi Boikot Belum Berhenti, Bisnis Terafiliasi Israel Terus Merosot

Para investor mulai khawatir perang berkepanjangan Gaza mengganggu bisnis mereka.

Logo perusahaan jaringan makanan cepat saji McDonald's. Waralaba McDonald's termasuk di Indonesia ikut terdampak aksi boikot menyusul perang Israel-Hamas di Gaza.
Foto:

Perusahaan berikutnya yang paling terdampak aksi global boikot adalah Starbucks Corp (NASDAQ: SBUX). Pendapatan perusahaan mengalami penurunan, harga sahamnya juga anjlok.

"Perusahaan telah mengalami penurunan yang stabil sejak mencapai puncaknya dalam 6 bulan sebesar 107 dolar AS pada pertengahan November dan, pada saat berita ini dimuat, telah jatuh ke 92,80 dolar AS," tulis Finbold, Selasa (31/1/2024).

Secara total, saham perseroan turun 3,34 persen dalam 30 hari terakhir, 0,93 persen sejak 1 Januari, dan 1,07 persen dalam sepekan terakhir. Namun, Starbucks ditutup 0,21 persen di zona hijau pada hari Jumat dan naik 0,22 persen lagi di pra-pasar Senin (30/1/2024).

Selanjutnya adalah perusahaan minuman berkarbonaso Coca-Cola Co (NYSE: KO). Coca-Cola menghadapi boikot dari aktivis pro-Palestina terutama karena mengoperasikan pabrik di Atarot, sebuah pemukiman Israel di dekat Yerusalem yang dianggap sebagai pemukiman ilegal oleh kelompok pro-Palestina dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Tekanan terhadap pabrik produksi di Atarot, pada kenyataannya, telah memaksa satu perusahaan Amerika General Mills untuk keluar dari pemukiman tersebut, menurut kelompok pro-Palestina yang berbasis di Inggris, Friends of al-Aqsa (FOA), yang juga berupaya untuk melakukan hal tersebut. meningkatkan kesadaran akan boikot Coca-Cola pada 18 November 2023. Meskipun demikian, kinerja saham Coca-Cola cukup baik dalam empat bulan terakhir dan secara umum mengalami tren naik.

"Dalam 30 hari terakhir, saham minuman ringan naik 0,75 persen. Perusahaan telah berada pada lintasan yang sedikit menurun sejak 1 Januari dan berada 0,75 persen di zona merah tahun ini. Dalam seminggu terakhir, saham KO juga turun 0,60 persen tetapi pada hari Jumat, hari perdagangan terakhir, saham KO ditutup 0,35 persen di zona hijau pada 59,37 dolar AS," tulis Finbold.

Dikutip dari laman BDS Movement, gerakan boikot, divestasi, sanksi itu mengajak seluruh aktivis, organisasi, dan institusi di seluruh dunia untuk meningkatkan kampanye boikot. Menurut BDS, penyebaran boikot terhadap perusahaan Israel dan multinasional yang terlibat dapat menjadi efektif jika dilakukan secara strategis.

Menurut BS Movement, aksi boikot ini sangat berdampak langsung pada perekonomian Israel. Misalnya saja yang perdah terjadi pada 2014 lalu, akibat gerakan boikot, investasi asing langsung ke Israel turun 46 persen dibandingkan pada 2013. 

"Begitu pula dengan aksi boikot kali ini, BDS Movement berharap, aksi kali ini pun dapat mengakhiri semua keterlibatan negara, perusahaan, dan kelembagaan dengan rezim genosida Israel lebih mendesak dari sebelumnya," demikian pernyataan BDS Movement, akhir Januari lalu. 

photo
Karikatur Opini Republika : Boikot - (Republika/Daan Yahya)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement