Senin 05 Feb 2024 19:49 WIB

Kampus Kompak Bergerak dengan Narasi 'Selamatkan Demokrasi'

Petisi keprihatinan kalangan kampus atas kondisi demokrasi saat ini terus bergulir.

Sivitas Akademika UGM yang terdiri dari guru besar, dosen, mahasiswa, dan alumni menyampaikan Petisi Bulaksumur di Balairung UGM, Rabu (31/1/2024) sore.
Foto:

Dari ketiga calon presiden (capres) yang akan berkontestasi di Pilpres 2024, diketahui hanya Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang merespons gelombang kritik terhadap demokrasi di Indonesia saat ini. Anies mengaku senang atas munculnya para sivitas akademika dari berbagai kampus di Indonesia yang bersuara mengenai kondisi demokrasi yang memprihatinkan jelang Pemilu 2024. 

"Kami senang bahwa kampus menyuarakan dan itu menunjukkan bahwa kampus peduli, kampus tidak diam menyaksikan kondisi bangsa," ujar Anies kepada wartawan, Jumat (2/2/2024).

Anies mengatakan bahwa sudah sewajarnya kampus-kampus di Indonesia bersuara perihal atmosfer demokrasi yang saat ini terjadi. Sebab, dia menyebut bahwa pemilu menentukan masa depan Indonesia.  

Eks Gubernur DKI Jakarta itu menuturkan, suara sivitas akademika dari berbagai kampus itu merupakan hasil dari menangkap keresahan yang terjadi saat ini karena munculnya ketidaknetralan dari pemimpin negara.

"Kami sudah menyampaikan pesan ini sejak lama, menjaga netralitas, menjaga keadilan, wasit supaya menjadi wasit yang fair. Wasit yang tidak merangkap pemain, wasit yang tidak merangkap promotor," tegasnya. 

Sementara, Ganjar Pranowo menyebut kritik yang sejumlah kampus besar melakukan petisi hingga deklarasi kebangsaan mengecam carut marut demokrasi dan penyimpangan era Presiden Joko Widodo (Jokowi), merupakan bentuk penyelamatan demokrasi. Menurut Ganjar dalam keterangannya yang disiarkan di Jakarta, Jumat lalu, ia menilai apa yang sudah dilakukan oleh sejumlah elemen masyarakat, termasuk kaum intelektual dari berbagai kampus ternama merupakan bentuk upaya rakyat untuk menyelamatkan nasib demokrasi di Indonesia.

Ganjar mengatakan demokrasi Indonesia yang telah lama dipupuk harus terus dijaga khususnya pada kontestasi politik lima tahunan. Sehingga, tidak boleh ada intimidasi dan ketakutan bagi rakyat untuk menyuarakan hak berdemokrasi dan hak pilihnya, karena pilih rakyat dalam pemilu harus dijalankan secara aman dan damai serta berlangsung jujur dan adil.

"Artinya jangan sampai kita menggadaikan nilai demokrasi yang dibangun tinggi karena itu produk demokrasi begitu saja hilang karena kepentingan-kepentingan sesaat. Nah inilah para intelektual cyber society yang mengingatkan kita semuanya mudah-mudahan kita ingat," kata dia.

photo
Komik Si Calus Demokrasi - (republika/daan yahya)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement