REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plt Kepala Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) E Aminudin Aziz mengungkapkan dua hal yang menjadi penyebab anak saat ini tidak tahan membaca buku. Menurut dia, dua penyebab itu adalah pola asuh orang tua dan ketersediaan buku yang dapat menarik perhatian anak.
"Baru disuruh baca buku, balik lagi ke gawai, main lagi, main lagi gitu. Saya katakan, pertama yang salah bukan anak. Yang salah itu orang tua itu ngasih itu (gawai)," ucap Amin dalam diskusi soal literasi di Perpusnas, Jakarta, Jumat (19/1/2024).
Mestinya, kata Amin, anak diberi batas waktu dalam menggunakan atau mengakses gawainya. Jangan sebaliknya, ketika orang tua sibuk dengan urusannya sendiri dan tak ingin anaknya rewel maka diberikan gawai. Hal itu merupakan penyebab anak menjadi tak tahan baca buku dan kecanduan gawai.
"Yang salah siapa? Ibunya. Yang salah siapa? Bapaknya. Karena apa? Bapaknya sedang main game juga. 'Alah, daripada pusing udah kasih aja sama bapaknya,' gitu. Ini persoalan di keluarga," tutur Amin.
Penyebab kedua anak tidak bertahan lama membaca buku adalah karena buku itu tidak menarik di mata anak-anak. Amin menerangkan, jika buku itu dapat menarik perhatian anak, maka setebal apa pun buku itu pasti akan dibaca oleh anak.
"Dulu itu mungkin tidak banyak ya, buku bacaan yang bergambar. Karena mahal. Sekarang kita sediakan bukunya. Nah, kalau buku itu bermutu, menarik minat anak, saya sangat yakin anak akan bolak-balik mau baca lagi, baca lagi," jelas dia.
Sementara itu, terakit penguatan budaya baca dan peningkatan literasi, dia menerangkan, sejatinya budaya baca di Indonesia tidak rendah, melainkan cukup tinggi. Tapi, ada kendala berupa fasilitas buku yang tersedia, baik yang cetak maupun elektronik, masih kurang.
“Karena persoalan yang ada adalah kurangnya buku, maka di masa depan kami menargetkan untuk menyediakan 1.000 judul buku di masing-masing 10.000 lokus,” kata dia.
Setelah pengiriman buku dilakukan, dia menjelaskan, akan ada pelatihan yang diberikan kepada para pengelola perpustakaan dan taman bacaan masyarakat (TBM) yang ada di setiap lokus.
Langkah itu diambil dalam upaya untuk menyentuh masyarakat secara langsung karena merekalah yang akan menerima manfaat secara langsung.