REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengimbau kepada kader NU dan masyarakat untuk senantiasa menaati para pemimpin. Para pemimpin mesti ditaati karena merupakan ulil amrin.
"Dengarkan sungguh-sungguh dan taati apa yang menjadi keputusan-keputusan para pemimpin kalian. Pemimpin bisa pemimpin organisasi ataupun negara, karena pemimpin negara termasuk ulil amri," katanya dalam acara Hari Lahir (Harlah) Ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan NU dan seluruh badan otonom di bawahnya selalu menunjukkan sikap yang taat terhadap pemimpin. "Barang siapa memuliakan pemimpin dalam segala lapisan, maka Allah akan memuliakannya, dan barang siapa yang menghinakan para pemimpin, presiden, wakil presiden, meremehkan semuanya termasuk pemimpin organisasi maka Allah akan membalasnya," katanya.
Ia mengemukakan Allah memerintahkan hambanya untuk tidak menyebarluaskan berita yang tidak baik. "Orang-orang yang senang, hobi untuk memviralkan, untuk menyebarluaskan berita-berita yang nggak bagus, berita-berita yang cemar terhadap orang-orang yang telah beriman kepada Allah, apa kata Allah? Mereka akan mendapatkan siksa, sanksi di dunia, dan di akhirat," ujarnya.
Ia menilai seorang kader NU yang tidak taat terhadap para pemimpin serta menyebarluaskan aib saudara seiman telah terpengaruh aliran keras. "Kita minta mari berikan ketaatan, karena itu maziyah (kelebihan) NU, bukan karena pemimpin ini minta ditaati, minta disembah" ucapnya.
Untuk itu, Akhyar mengimbau agar jangan sampai perkataan yang diucapkan oleh masing-masing individu membuat kegaduhan di tengah masyarakat.