Jumat 29 Dec 2023 12:24 WIB

Beredar Isu Dekan Ditegur Rektor dan SE Larangan LGBT akan Dibatalkan, Ini Penjelasan UGM

SE larangan aktivitas LGBT diterbitkan Fakultas Teknik UGM pada 1 Desember 2023.

Rep: Silvy Dian Setiawan, Febrianto Adi Saputro/ Red: Andri Saubani
Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM).
Foto:

Terkait SE larangan aktivitas LGBT ini, juga sempat beredar kabar bahwa Rektor UGM Ova Emilia menegur Dekan FT, Selo. Namun, Sandi menampik hal tersebut.

Sandi menegaskan, bahwa tidak ada teguran secara spesifik oleh Rektor UGM ke Dekan FT berkaitan dengan SE tersebut. "Jadi Bu Rektor itu bukan menegur Dekan Teknik secara spesifik dengan dipanggil terus dimarahi, tidak, tidak ada itu," katanya. 

Sandi menjelaskan bahwa Rektor UGM mengumpulkan semua dekan yang ada di UGM untuk rapat usai digelarnya acara Nitilaku pada 17 Desember lalu. Dalam rapat tersebut, rektor menyampaikan agar dalam mengeluarkan kebijakan yang substansinya berkaitan dengan masalah-masalah sensitif untuk disampaikan dan dikoordinasikan dengan pimpinan universitas.

"Pascaacara Nitilaku Agama itu, para dekan dikumpulkan oleh Bu Rektor, seluruh fakultas dan sekolah di UGM itu dihadirkan, semua ada 20 (dekan) dan Bu Rektor menyampaikan bahwa kalau akan mengeluarkan kebijakan yang substansinya itu berkaitan dengan politik, seksualitas, HAM dan masalah-masalah sensitif lainnya, mohon disampaikan dan dikoordinasikan dengan pimpinan universitas, dalam hal ini terdiri dari rektor dan para wakil rektor," ucap Sandi.

"Saya pun hadir (dalam rapat itu) karena saya yang diminta untuk mengkoordinasi pertemuan pasca-nitilaku itu," ungkap Sandi.

Sandi menuturkan bahwa tujuan agar kebijakan yang akan dikeluarkan disampaikan dan dikoordinasikan dengan pimpinan universitas dengan maksud bisa memitigasi dampak dan mengelola benefitnya. "Karena bagaimana pun unit fakultas atau sekolah (di UGM) itu tetap bagian dari UGM. Jadi satu unit itu mengeluarkan kebijakan, mau tidak mau nanti diluar akan berdampak secara keseluruhan kepada UGM," jelasnya.

Untuk itu, Sandi menegaskan bahwa hal yang disampaikan oleh Rektor UGM tidak hanya ditujukan kepada Dekan FT. Namun, pesan yang disampaikan itu untuk semua dekan di UGM, sehingga tidak ada teguran yang disampaikan secara spesifik kepada Dekan FT berkaitan dengan SE larangan LGBT.

"Jadi kalau dikatakan itu cuma imbauan, iya memang imbauan. Tapi yang menjadi concern kita ini kan (kebijakan) yang keluar ke publik, terus Pak Dekan itu ditegur, tidak ada (teguran) itu. Jadi secara spesifik (teguran) kepada Pak Dekan itu tidak ada, semua kita diskusi, seluruh 20 dekan dan semua pimpinan universitas (dalam rapat usai acara Nitilaku)," katanya. 

Sandi pun menuturkan bahwa isu LGBT merupakan isu sensitif dan ada yang pro maupun kontra berkaitan dengan isu tersebut. Meski begitu, dikatakan Sandi bahwa dalam prinsipnya UGM ingin menjadi tempat yang inklusif bagi siapapun yang menjalani proses pendidikan. 

Ketika ada satu kelompok yang saling melanggar aturan berkaitan dengan ketertiban, katanya, maka UGM berwenang untuk menyelesaikan. "UGM ingin mengatakan bahwa UGM adalah tempat yang inklusif bagi semua dan menjadi penjaga ketentraman bagi semuanya, tidak hanya kelompok tertentu saja. Itu juga menjadi rencana strategis Bu Rektor selama masa kepemimpinannya," ungkap Sandi.

photo
Karikatur Opini Republika : Say No to LGBT - (Republika/Daan Yahya)

  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement