REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Polling Institute periode 15–19 Desember 2023 mendapati bahwa elektabilitas Partai Gerindra berada di angka 18,8 persen, menyalip PDI Perjuangan (PDIP) yang berada di angka 17,7 persen.
“Elektabilitas partai ada pergerakan, ya, Gerindra sudah menyalip PDIP,” ujar Peneliti Polling Institute Kennedy Muslim saat memaparkan hasil survei yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (27/12/2023).
Kennedy menyebut elektabilitas PDIP cenderung menurun sejak bulan Oktober 2023. Pada survei 1–3 Oktober, elektabilitas PDIP berada di angka 24,8 persen, menjadi 22,2 persen pada survei periode 25–28 Oktober, dan kembali menurun ke angka 21 persen pada survei periode 15–17 November.
Sebaliknya, elektabilitas Gerindra cenderung naik. Partai yang dinahkodai Prabowo Subianto itu mengalami peningkatan elektabilitas dari semula 14,7 persen pada survei periode 1–3 Oktober, menjadi 15,8 persen di periode 25–28 Oktober, dan 18,6 persen di periode 15–17 November.
Menurut Kennedy, kecenderungan tersebut terjadi karena manuver politik yang ditunjukkan PDIP pasca-pencalonan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, yang notabenenya kader PDIP, menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo.
Kennedy menjelaskan bahwa manuver tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap migrasi pendukung Joko Widodo, ayah Gibran, dari PDIP menuju Partai Gerindra.
“Kalau dari hasil analisis saya pribadi dan melihat data-data selama ini, ini karena ada efek dari migrasi pendukung Jokowi. Apalagi dari Oktober hingga akhir November itu kan kita melihat memang serangan dari kelompok PDIP terhadap pencawapresan Gibran secara tidak langsung juga seringkali menyerang Jokowi itu punya efek kontraproduktif terhadap perolehan suara mereka,” kata dia.
Kendati begitu, Kennedy menjelaskan bahwa angka tersebut masih dalam rentang batas galat atau margin of error. Ia mengatakan selisih elektabilitas Partai Gerindra dan PDIP tidak begitu jauh. “Margin of error survei ini ada di angka 2,9 persen, sedangkan selisih Gerindra dan PDIP di sini masih hanya 1,1 persen,” katanya.
Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa survei yang dilakukan dengan metode wawancara telepon tersebut memiliki bias responden.
“Survei telepon ini kan bias dengan kalangan pendidikan tinggi, ya, meskipun telah dibobot. Sedangkan kita tahu bahwa pemilih PDIP itu wong cilik (rakyat kecil) atau pemilih dengan pendidikan rendah, sehingga mungkin sedikit ada bias,” ujarnya.
Menyusul Partai Gerindra dan PDIP, Partai Golkar bertengger di posisi ketiga dengan angka 9,4 persen, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 8 persen, Partai Nasdem 6,8 persen, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 6,1 persen, Partai Demokrat 6 persen, dan Partai Amanat Nasional (PAN) 4,3 persen.
Survei Polling Institute dilakukan pada rentang 15–19 Desember 2023 dengan populasi WNI yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon seluler. Sampel sebanyak 1.230 responden dipilih melalui kombinasi metode random digit dialing (RDD) dan double sampling (DS).
Batas galat atau margin of error survei ini diperkirakan kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling. Sementara itu, wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang sudah dilatih.