Erianjoni menyebut tekanan sosial saat ini banyak bersumber dari media sosial yang dapat diakses setiap saat dalam waktu 24 jam. Di sosial media, ada banyak konten orang yang pamer kemewahan yang membuat orang-orang yang berada pada kemampuan ekonomi biasa-biasa saja terpengaruh.
Orang yang terpengaruh ini, menurut Erianjoni, melakukan pemaksaan kehendak agar juga dapat hidup di level di atas kemampuannya. Sehingga ia kemudian terlilit utang, terjerat pinjaman online (pinjol) dan lain-lain.
Sehingga hal itu kemudian membuat seseorang menjadi stress yang dampaknya adalah hilangnya keramahan di dalam rumah tangga.
Erianjoni membagi ada tiga penyebab fenomena pembunuhan di dalam keluarga yang akhir-akhir ini sering terjadi. Pertama penyebab primer yakni masalah ekonomi. Penyebab sekundernya adalah adanya konflik di dalam keluarga. Seperti kecemburuan suami istri dan masalah asmara lainnya.
Setelah faktor primer dan sekunder ini berkumpul, lalu berujung kepada tindakan kekerasan atau KDRT dan bahkan sampai kepada perbuatan pembunuhan. “Faktor-faktor tadi menjadi satu lalu membuat orang gelap mata. Tega membunuh istri, membunuh suami, membunuh anak, membunuh orang tua,” ujar Erianjoni.
Contoh kasus terbaru yang menjadi sorotan publik adalah pembunuhan 4 anak di Jagakarsa, Jakarta Selatan pekan lalu. Panca tega membunuh 4 buah hatinya karena sakit hati kepada istri.